Perundingan Dagang AS - Tiongkok di Ujung Tanduk

Perundingan Dagang AS - Tiongkok di Ujung Tanduk
Negosiasi dagang antara AS dan Tiongkok terus berjalan. Foto: Reuters

Dengan semua perkembangan seminggu terakhir, kesepakatan yang dirancang sejak Desember lalu hampir pasti buyar. AS dan Tiongkok kembali bermain chicken game. Chicken game merupakan permainan khas AS untuk melihat siapa yang lebih pengecut. Biasa digambarkan di sinema dengan dua mobil berhadapan saling melaju dan melihat siapa dulu yang menghindar.

Baca Juga:

Dua raksasa ekonomi global tersebut tentu bakal terluka jika kembali berperang. Tapi, keduanya punya percaya diri bukan yang pertama menyerah. Kepala Survei Institute for Supply Management AS Anthony Nieves mengatakan, industri AS lebih tahan guncangan daripada Tiongkok. "Mereka (Tiongkok) bakal merasa lebih berat daripada kita jika tarif ditingkatkan," ungkapnya.

Namun, pakar ekonomi Tiongkok menegaskan bahwa tangan Tiongkok tak terikat. Mereka masih menyimpan satu dua pukulan untuk menjatuhkan ekonomi Negeri Paman Sam. Yang jelas, pukulan itu tidak berupa bea impor tambahan.

Hampir semua barang AS sudah diberi pajak tinggi. Jika pajak dinaikkan lagi, kabinet Xi Jinping akan menciptakan senjata makan tuan. Yang menderita justru perusahaan dalam negeri.

Industri manufaktur masih mengandalkan impor dari Tiongkok. Jika tak mendapat suku cadang dari Tiongkok, mereka bakal kesulitan untuk beroperasi. Artinya, suplai untuk konsumen di AS bakal terganggu.

Selain itu, industri pertanian AS juga akan terganggu. Produsen kedelai AS sudah tersiksa saat Tiongkok menerapkan bea impor 25 persen dan membuat importer menahan arus barang. (bil/c10/dos)


Wakil PM Tiongkok telah tiba di Amerika Serikat. Kunjungan dua harinya bakal menjadi penentu apakah perang dagang AS-Tiongkok bakal meletus kembali.


Redaktur & Reporter : Adil

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News