Pesan Damai dari Pesantren Ruseifah, Banyak Lahirkan Ulama, Tak Pernah Mengkafirkan

Pesan Damai dari Pesantren Ruseifah, Banyak Lahirkan Ulama, Tak Pernah Mengkafirkan
FOTO: ENDRAYANI DEWI/JAWA POS

"Ada banyak pesantren yang telah dibuka ayahanda (di Indonesia, Red). Itu semua merupakan hasil dari saling  berkunjung dan silaturahim," tutur Sayyid Ahmad dalam halaqah selepas salat Magrib pada Senin lalu (28/9) yang juga diikuti Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin itu.

Selain itu, saat ini sekitar 50 persen santri di sana berasal dari Indonesia, khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dari Jawa Timur, yang terbanyak berasal dari Madura.

Pesantren itu menonjol dalam penghormatannya kepada sesama. Ruseifah pun lebih mirip dengan kebanyakan pesantren di Jawa. Baik dalam tradisi, pelajaran, pemikiran, maupun adab.

"Di sini kami belajar adab. Kami tidak mengafirkan orang yang bertentangan dengan kami," kata Sayyid Ahmad dalam wejangannya saat halaqah.

Selain itu, lanjut Sayyid Ahmad, mereka yang bertentangan tidak dihinakan. Semua masalah diselesaikan dengan dialog. 

"Saya punya dalil, kalian punya, orang yang bertentangan dengan kita juga punya dalil. Usai berdialog, mari kita saling mencintai dan menghargai pendapat masing-masing," tuturnya.  

Yang sekarang dikembangkan di pesantren, menurut Sayyid Ahmad, adalah warisan dari ayahnya. Metode pembelajaran berasas kebaikan untuk seluruh umat manusia dan semua ciptaan Allah SWT.

Metode tersebut, lanjut dia, dibangun atas kebaikan kepada semua ciptaan Allah serta membersihkan diri dari  hawa nafsu. 

PESANTREN Ruseifah memiliki banyak kemiripan dengan pesantren di Jawa, baik dalam tradisi, pelajaran, pemikiran, maupun adab. Mereka memegang prinsip

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News