Pesantren di Kampung Minoritas: Syahadat Itu Apa

Pesantren di Kampung Minoritas: Syahadat Itu Apa
Gatot Supriyanto. Foto Indra Mufarendra/Radar Malang/JPNN.com

Di ruang itu, ada sebuah meja berbentuk persegi yang dikelilingi oleh tiga buah kursi panjang.

Total, ada 13 anak yang saat ini menjadi santri di TPQ tersebut. Aktivitas belajar mengaji biasanya dilakukan tiap sore, antara pukul 15.00–15.30.

Sama seperti TPQ Masjid Ibadurrohman, di sini seluruh santrinya adalah anak-anak sekolah dasar (SD).

Gatot mengungkapkan, sudah sekitar 12 tahun atau sejak 2006 dia mengelola TPQ di rumahnya.

Pendirian TPQ itu dilatarbelakangi keprihatinan Gatot melihat kondisi lingkungan di sekitarnya.

Dia melihat, anak-anak muslim di Desa Sidoasri, terutama di Dusun Tambakasri Kulon, tak mendapatkan bekal ilmu agama Islam yang cukup.

”Meski orang tuanya Islam, tapi ada anak yang tidak tahu apa itu syahadat (kesaksian tiada Tuhan selain Allah). Padahal, dia sudah SMP. Kalau melihat yang seperti, gimana gitu rasanya,” tutur pria berusia 42 tahun ini dengan ekspresi prihatin.

Pada mulanya, hanya ada empat orang yang belajar di tempatnya. Tapi, kemudian jumlah itu terus bertambah, sampai kini ada 13 anak yang belajar di TPQ tersebut.

TPQ Masjid Ibadurrohman bukan satu-satunya tempat pendidikan agama Islam yang eksis di desa yang mayoritas warganya nonmuslim.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News