Pesawat Lion Air PK-LQP Alami Masalah Sensor AOA

Dua upaya pertama Lion Air untuk mengatasi masalah indikator kecepatan udara ini tidak berhasil, dan pada penerbangan kedua terakhir pesawat Boeing 737 MAX 8 pada 28 Oktober, alat sensor 'angle of attack' ini diganti, kata Tjahjono.
Pada penerbangan tersebut, dari Bali ke Jakarta, sensor bagi pilot dan co-pilot berlainan.

Pesawat yang baru berusia dua bulan itu secara tiba-tiba mengalami penurunan ketinggian hanya beberapa menit setelah lepas landas, namun pilot berhasil mengendalikannya.
Mereka memutuskan untuk tetap terbang ke Jakarta pada ketinggian yang lebih rendah dari ketinggian normal.
Penyidik Indonesia mengatakan bahwa rekomendasi prosedur penerbangan mereka untuk Boeing didasarkan pada bagaimana awak penerbangan menanggapi masalah yang terjadi pada penerbangan dari Bali ke Jakarta.
"Rancangan [rekomendasi] apa yang akan disampaikan oleh Boeing pagi ini telah disampaikan kepada kami," kata penyidik kecelakaan udara Nurcahyo Utomo.
"Ada beberapa hal yang kami minta penjelasan dan beberapa yang kami minta untuk dihapus, dan telah ada kesepakatan antara KNKT dan Boeing untuk merilis prosedur yang baru bagi semua pengguna Boeing 737 MAX di dunia."
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Mungkinkah Paus Baru Datang dari Negara Non-Katolik?
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina