Petani Bawa Jenazah Anak Naik Motor, RS Sanglah Masih Bungkam

Petani Bawa Jenazah Anak Naik Motor, RS Sanglah Masih Bungkam
NAIK MOTOR: Sujana dan Sari Saat membawa pulang jenazah anaknya dari Instalasi Forensik Sanglah ke Banjar Yeh Kori, Ben Bebandem, Karengasem Sabtu (2/7). FOTO: Ratu Ayu Astri Desiani/Radar Bali

jpnn.com - APA yang dilakukan pasutri asal Karangasem, Bali ini sunggguh membuat miris hati siapapun. Ya, petani bambu miskin, Wayan Sujana, 45, dan Wayan Sari, 40, itu membawa pulang jenazah bayinya yang meninggal dunia dari RS Sanglah dengan menggunakan motor. Kisah pilu itu pun jadi viral. Sayang, pihak rumah sakit masih belum berkomentar.

Kabag Humas RS Sanglah dr Kadek Nariyantha mengaku saat ini dirinya belum bisa memberikan komentar. “Maaf bapak saya barusan berpulang (meninggal) tadi siang. Jadi saya belum bisa memberikan komentar,” ucapnya.

Seperti diketahui, buah hati Sujana dan Sari meninggal seusai menjalani operasi bikin lubang anus di RSUP Sanglah.

Pernyataan justru datang dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr  Ketut Suarjaya.  Menurutnya, pihak RS Sanglah seharusnya tidak tutup mata pada permasalahan biaya yang dialami oleh pasutri Wayan Sujana dan Wayan Sari.

Meski Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) tidak menanggung untuk menyewa jasa ambulans, serta tidak ada istilah ambulans gratis di setiap rumah sakit, dr Suarjaya menegaskan jika rumah sakit terbesar di daerah Bali-Nusra itu seharusnya membuka hati untuk memberikan kebijakan pada pasien yang kurang mampu. 

"Saya tidak tahu kejadiannya seperti apa. Mungkin karena yang meninggal bayi, barangkali lebih mudah dan lebih praktis di bawa pulang naik motor.

Tetapi yang jelas, kalau memang pasien itu miskin, rumah sakit semestinya harus mengatensi. Tetapi yang menjadi permasalahan, apakah kejadian ini sudah diketahui oleh manajemen rumah sakit sendiri," ucapnya.

Menurutnya, jika saja kejadian ini dikomunikasikan oleh Sujana dan Sari, pihak Dinkes dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)sesungguhnya memiliki ambulans gratis, yang siap untuk membantu masyarakat dalam kondisi apa pun.

APA yang dilakukan pasutri asal Karangasem, Bali ini sunggguh membuat miris hati siapapun. Ya, petani bambu miskin, Wayan Sujana, 45, dan Wayan Sari,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News