Petani Food Estate: Kami Betul-betul Dikawal Teman-teman dari Kementan

Petani Food Estate: Kami Betul-betul Dikawal Teman-teman dari Kementan
Food Estate di Humbang Hasundutan, Sumatera Utara menunjukkan hasil. Petani merasa benar-benar dikawal Kementan. Foto: Kementan.

“Kemajuannya luar biasa. Bisa dilihat, kami diberi bantuan tanam di atas lahan yang tadinya tidur dan kini saya bisa menanamnya. Sangat bangga, kami petani muda di sini terdorong untuk menanam dengan gigih,” ujarnya.

Charles juga memaklumi, pertanaman tidak dimungkiri bisa diharapkan semua bagus dalam sekali waktu apalagi ini tanam perdana. Jika ada yang menilai gagal, menurutnya itu kembali ke persepsi masing-masing.

“Saya pribadi merasa wajar jika ada tanaman yang kurang bagus. Artinya ada yang kurang dalam pengaplikasiannya. Apalagi saya, belum pernah menanam sebelumnya, pun dalam jumlah luasan yang besar seperti ini. Di antara yang bagus pertumbuhannya, ada juga yang kurang bagus,” akuinya.

Dengan perkiraan panen di awal Maret, Charles meyakini hasil panennya akan bagus. Umbi bawang tumbuh dengan baik dan hal itu membuat dirinya bangga.

“Saya mau lihat hasil panen perdana dulu. Nanti di periode ke dua baru saya akan menargetkan hasil. Berapa kira-kira minimal tonase yang mau saya raih. Untuk sekarang saya fokus saya merawat tanamannya,” papar Charles.

Sebagai informasi, harga bawang merah rogol basah dijual Rp 10 ribu per kg.

Sementara bawang merah yang siap konsumsi, untuk yang berukuran besar Rp 16 ribu per kg dan berukuran sedang Rp 20 ribu.

Harga bawang berukuran sedang lebih mahal ketimbang yang berukuran besar karena masyarakat sekitar lebih menyukai bawang merah berukuran sedang.

Salah satu kunci keberhasilan program Food Estate ada pada kegigihan para petani yang berjuang bersama tim baik dari Kementerian Pertanian, pemerintah daerah maupun pihak lain.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News