Peternak Kerbau Rawa HSU Riau, Banyak Ternak Mereka Mati

Peternak Kerbau Rawa HSU Riau, Banyak Ternak Mereka Mati
Kerbau Rawa. Foto: istimewa

jpnn.com, AMUNTAI - Peternak kerbau rawa di Kecamatan Paminggir, Amuntai, Kalimantan Selatan, sedang risau. Puluhan kerbau mereka banyak yang mati.

Selain karena ketersediaan pakan yang menipis, kerbau endemik asal Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) ini juga terkena penyakit cacing.

Hewan yang telah digembalakan warga di kecamatan tersebut secara turun-temurun itu, menjadi salah satu hewan bernilai ekonomi tinggi.

Bahkan hewan ini juga bisa menunjukkan strata sosial pemiliknya. Tapi tahun 2017 menjadi tahun berat bagi para peternak kerbau di sana.

Aldi salah satunya warga Desa Bararawa Kecamatan Paminggir menceritakan, selain faktor pakan, kumpai (rumput) yang menjadi makanan kerbau mulai jarang dijumpai karena terendam air, kendala lainnya adalah serangan cacing kerbau.

"Kami harapkan, peran pemerintah daerah khususnya dinas pertanian, untuk turun langsung memeriksa keadaan kerbau kami. Jangan sampai ternak yang jadi ikon daerah ini tinggal sejarah karena punah," kata Aldi pada Radar Banjarmasin.

Atri yang juga merupakan warga Paminggir, meminta dengan serius pihak Pemkab dan provinsi lebih peka terhadap masalah yang mereka hadapi. Tidak sedikit peternak yang sudah merugi. "Kalau mati ya rugi sama sekali. Dijual pun juga sulit. Sebab jarang ada pembeli yang mau membeli kerbau sakit. Alhasil kerbau yang sehat dijual murah sebelum terkena penyakit," katanya.

Dulu harganya Rp10 sampai 15 juta, sekarang paling mentok laku sekitar harga Rp2 sampai 5 juta. Tentu sangat merugikan peternak, jawabnya. "Sekali lagi kami minta keseriusan Pemkab dan provinsi untuk melakukan pengobatan pada kerbau kami," pintanya.

Peternak kerbau rawa di Kecamatan Paminggir, Amuntai, Kalimantan Selatan, sedang risau. Puluhan kerbau mereka banyak yang mati.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News