Peternak Lobster di Australia Dirugikan Virus Corona

"Tapi tahun ini mereka malah merugi, sekarang mereka malah berusaha dijual langsung ke pembeli lokal, seperti di dermaga," jelas Ayu.
Saat bekerja di peternakan lobster, ia mendapat tugas untuk 'grading' atau mengklasifikasi sesuai kualitas dan pengemasan, dengan bayaran $24 atau lebih dari Rp 220 ribu per jam.
Menurut Ayu, yang sekarang mendapat pekerjaan di hotel, pemulihan industri lobster sepertinya akan membutuhkan waktu.
Ayu sebelumnya pernah berbagi pengalamannya mengikuti WHV kepada ABC Indonesia, saat ia bekerja di perkebunan anggur dan kol di Tasmania.
Saat perayaan hari nasional Australia, atau 'Australia Day', 25 Januari yang lalu, Kepala Negara Bagian Tasmania, Premier Peter Gutwein telah mendorong warga Tasmania untuk memberi dukungan kepada para nelayan.
"Warga Tasmania mungkin sudah melihat peningkatan jumlah 'rock lobster' dijual di pasar lokal, akibat penjualan ke Tiongkok yang dibatalkan," tulis Peter dalam pernyataan resminya.
"Saya mendorong warga Tasmania untuk mendukung nelayan kita dengan membelinya saat Australia Day."
Pemerintah negara bagian Tasmania mengatakan mereka telah bekerja bersama dengan asosiasi nelayan lobster dan dewan industri di Tasmania, serta Pemerintah pusat Australia untuk lebih memahami dampak penghentian ekspor pada bisnis lokal.
Tiongok adalah pangsa pasar utama lobster Australia dengan penjualan yang meningkat saat pekan perayaan Tahun Baru Imlek
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS
- Dunia Hari Ini: Sebuah Mobil Tabrak Festival di Kanada, 11 Orang Tewas
- Dunia Hari Ini: Siswa SMA Prancis Ditangkap Setelah Menikam Teman Sekelasnya