Peternak Resah, Pasokan Susu Impor Sentuh 82 Persen
Kewajiban penyerapan tersebut juga merupakan upaya antisipasi.
’’Dulu regulasi tentang kewajiban menyerap pernah dikeluarkan pada zaman Orde Baru. Nah, itu perlu dikembalikan. Kalau tidak ada kewajiban menyerap, bukan tidak mungkin lima tahun ke depan kebutuhan susu sepenuhnya mengandalkan impor,’’ ungkap Sulistyanto.
Rendahnya rasio produksi lokal tidak terlepas dari berbagai persoalan. Di antaranya, populasi sapi betina yang terus menurun.
Sebab, banyak yang dipotong untuk dimanfaatkan dagingnya daripada dijadikan sapi perah.
Sebagai percepatan, pasokan sapi betina tidak bisa dipenuhi dari lokal saja, melainkan mendatangkan dari luar negeri.
Untuk itu, pengadaannya perlu melibatkan peternak.
’’Perlu skema pembiayaan khusus untuk pengadaan sapi bagi peternak. Yakni, kredit usaha dengan jangka waktu pembiayaan minimal sepuluh tahun,’’ tuturnya.
Kemudian, harga jual susu di tingkat peternak perlu dinaikkan. Belum lama ini pihaknya mengajukan permohonan kenaikan harga susu menjadi Rp 7.000 per liter.
SURABAYA – Para peternak kini tengah resah karena pasokan susu impor gila-gilaan. Hingga kini, pasoka susu impor sudah 82 persen. Sedangkan
- Pakai Nama Baru, CGS ID Targetkan Pangsa Pasar 7,2 Persen pada 2024
- JAVME 2024 dan Jakarta Pet Expo Bakal Digelar Bersamaan, Catat Tanggalnya
- Begini Efek Bansos terhadap Pertumbuhan Ekonomi
- Jadi 9,55 Juta Ton, Ini Perincian Jumlah Pupuk Bersubsidi
- Chef Expo Kembali Digelar untuk Promosikan Kuliner Indonesia
- Bank Mandiri Berkomitmen Penuh Terapkan Prinsip ESG