Peternakan Australia Terancam Dihancurkan Penyakit Mulut dan Kuku, Penerbangan dari Bali Diwaspadai
"Wisatawan akan sangat mudah menjumpai sapi dan berpotensi tertular hanya dengan berkunjung di kawasan wisata," katanya.
"Jika kemudian mereka pulang dengan membawa material yang terinfeksi, katakanlah air liur ternak di sepatu mereka, maka mereka tanpa sengaja akan membawa penyakit ini masuk ke Australia. Cukup menakutkan," papar Dr Ainsworth.
Potensi kerugian Rp1 kuadriliun
Menurut orgnisasi peternak Cattle Council, wabah PMK di Australia dapat merugikan sektor peternakan hingga A$100 miliar (Rp1 kuadriliun).
Dr Ainsworth menyebut penerbangan langsung dari Bali ke Darwin yang dibuka kembali bulan lalu menimbulkan risiko terbesar karena wabah PMK hanya dapat bertahan hidup di luar hewan inang untuk waktu singkat.
Rute Bali-Darwin ditempuh dalam waktu sekitar tiga jam.
Sedangkan penerbangan langsung dari Sydney, Melbourne, Darwin, dan Perth ke Denpasar semuanya telah dibuka kembali untuk pertama kalinya sejak pandemi COVID-19.
Analis industri daging Simon Quilty menyatakan jika pariwisata Australia ke Bali bangkit kembali hingga mencapai rata-rata 1,3 juta orang per tahun, risiko turis Australia membawa pulang penyakit PMK semakin besar.
"Kita tidak menginginkan adanya jalan bebas hambatan PMK antara bandara-bandara kita dan Bali," katanya.
Dokter hewan dan kalangan industri peternakan memperingatkan risiko penyebaran penyakit mulut dan kuku sapi ke Australia karena Indonesia kesulitan mengatasinya
- Dunia Hari Ini: Indonesia Kalah Melawan Irak Dalam Piala Asia U-23
- Orang Utan Sumatra, Hewan Liar yang Bisa Mengobati Dirinya Sendiri dengan Tanaman Obat
- Dunia Hari Ini: Jalan Raya di Guangdong Runtuh, 24 Orang Tewas
- Banyak Pekerja Start-Up yang Belum Tahu Haknya Sebagai Buruh
- Dunia Hari Ini: Ratusan Ribu Buruh Indonesia Turun ke Jalan Rayakan May Day
- Dunia Hari Ini: Aktivitas Gunung Ruang Kembali Meningkat