Petkuq Meheuy, Para Penjaga Benteng Paru-Paru Bumi

Petkuq Meheuy, Para Penjaga Benteng Paru-Paru Bumi
Petkuq Meheuy, Para Penjaga Benteng Paru-Paru Bumi

Pernah, Yatim tersesat jauh dan sendirian di dalam hutan Wehea. Setelah berjalan selama dua hari, bukannya menemukan jalan pulang, dia malah tersesat semakin dalam, jauh dari pos penjagaan. Perbekalan pun habis. Dia memakan biji-bijian di hutan untuk bertahan.

Sekian hari hilang tanpa jejak, rekan-rekannya dari Petkuq Meheuy pun mulai menyusuri hutan untuk mencarinya. Akhirnya, dia ditemukan setelah lebih dari sepekan menghilang. Saat ditemukan, dia sudah terduduk lemas di bawah pohon.

Sementara itu, terkait Petkuq Meheuy, kepala adat Dayak Wehea Ledjie Taq menjelaskan, sejak menjadi hutan adat, mereka memutuskan membentuk penjaga hutan. Nama Petkuq Meheuy dipakai dengan arti berjaga bersama. "Saat awal berdiri, tak ada syarat khusus. Dan, mereka juga dididik oleh alam," kata Ledjie Taq. (rid/c17/ham)

 

(Sejumlah sosok ini diangkat pada Edisi Khusus Jawa Pos-Induk JPNN. Mereka adalah para pemuda-pemuda yang tidak menangis dalam kondisi runyam yang menerjang diri, lingkungan atau bangsanya.

Dengan tekad baja, mereka bergerak untuk mengubah kondisi eksternal yang yang tidak menguntungkan. 

Merekalah penantang krisis. Persona yang dengan sigap menyerap stamina dan antusiasme sebesar pendahulu mereka, peserta Kongres Pemuda II di Gedung Indonesische Clubgebouw, Jalan Kramat Raya 106, Jakarta, 26-28 Oktober 1928.)

 

PENEBANGAN hutan demi komoditas kayu dan pembakaran hutan demi terbukanya lahan selalu saja berulang. Semua seakan tanpa solusi. Karenanya,


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News