Peziarah Makam Gus Dur tak Hanya dari Jawa tapi juga Aceh

Peziarah Makam Gus Dur tak Hanya dari Jawa tapi juga Aceh
Sekelompok peziarah menuju makam Gus Dur yang berada di kompleks Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Foto: Eko Hendri/Jawa Pos

Bahkan, sembilan tahun setelah kepergian Gus Dur, air mata Solihin tak kuasa mengalir. Tiap kali bercerita tentang sosok yang sangat dia kagumi tersebut.

Haul mantan ketua umum PB Nahdlatul Ulama yang dikenal humoris itu pun tak pernah dia lewatkan. Kali ini dia datang bersama putrinya, Eva Maulida. ’’Saya dan anak sampai ganti lin tiga kali (dari Gresik ke Jombang). Tapi, mengasyikkan sekali perjalanannya,’’ ungkap Solihin.

Gus Dur meninggal pada 30 Desember 2009 di Jakarta. Semasa hidupnya, tokoh yang pernah menuntut ilmu di Mesir dan Iraq itu dikenal sangat pluralis. Pelindung kalangan minoritas.

Karena itu, peziarah ke makamnya pun melintas batas. Bukan hanya kalangan muslim, melainkan juga para pemeluk agama lain.

Makam Gus Dur berada di bagian belakang kompleks Pondok Pesantren Tebuireng. Pondok itu berjarak sekitar 5 kilometer dari pusat Kota Jombang. Bisa ditempuh dengan berkendara mobil dalam 15 menit.

Selain lewat ponpes, peziarah harus melewati lapangan parkir bus. Jarak tempat parkir ke area makam sekitar 500 meter. Selain Gus Dur, di kompleks pesarean tersebut dimakamkan pula, antara lain, sang kakek, KH Hasyim Asy’ari, dan ayahandanya, KH Abdul Wahid Hasjim.

Bahkan, di luar haul pun, peziarah tak pernah sepi mengalir ke sana. Ustad Iskandar, ketua panitia Peringatan Sembilan Tahun Wafatnya Gus Dur, menyatakan, jumlah peziarah per hari mencapai 3 ribu orang.

Otomatis, itu mendatangkan berkah bagi warga sekitar. Ada yang berjualan makanan dan minuman. Ada yang berdagang suvenir. Ada pula yang menyewakan penginapan.

Para peziarah makam Gus Dur terus mengalir, bahkan dari Aceh, membawa berkah bagi warga sekitar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News