Peziarah Makam Gus Dur tak Hanya dari Jawa tapi juga Aceh

Peziarah Makam Gus Dur tak Hanya dari Jawa tapi juga Aceh
Sekelompok peziarah menuju makam Gus Dur yang berada di kompleks Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Foto: Eko Hendri/Jawa Pos

’’Kalau lagi haul, bisa sampai 500 orang yang minta difoto,’’ ungkap Nurlida.

Satu kali jepretan dihargai Rp 5 ribu. Artinya, perempuan berusia 40 tahun itu bisa mendapat Rp 2,5 juta dalam sehari.

Sejumlah tokoh hadir sebagai pembicara dalam peringatan sembilan tahun wafatnya Gus Dur. Mulai Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta Prof KH Nasaruddin Umar, Menteri Koordinator (Menko) Ekonomi (era Gus Dur) Kwik Kian Gie, mantan Mensesneg Bondan Gunawan, serta mantan Juru Bicara Kepresidenan Wahyu Muryadi. Mereka menghibur peziarah dengan cerita-cerita interaksi mereka dengan Gus Dur.

’’Tahun ini memang sengaja memilih orang-orang dari Kabinet Gus Dur. Ternyata, masyarakat cukup antusias menyambut,’’ kata Iskandar.

Iskandar memastikan jumlah pengusaha kecil di sekitar tempat wisata religi tersebut bakal terus bertambah. Saat ini, Pemkab Jombang membangun satu sentra PKL di sekitar tempat parkir.

Adanya peziarah, lanjut Iskandar, tidak saja mendorong pengusaha kecil. Harga properti di sekitar makam juga meningkat. Dari semula Rp 250 ribu per meter persegi, naik menjadi lebih dari Rp 1 juta setelah adanya pembangunan makam Gus Dur.

’’Tidak saja dampak ekonomi. Ada dampak sosialnya juga,’’ ujarnya.

Iskandar tak lupa menyebut soal komunitas KPK (Komunitas Pecinta Kopi). Yang sangat membantu dalam penyediaan parkir saat haul. ’’Mereka (KPK, Red) memberi bantuan swadaya. Parkir roda dua gratis,’’ katanya. (*/c5/ttg)


Para peziarah makam Gus Dur terus mengalir, bahkan dari Aceh, membawa berkah bagi warga sekitar.


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News