Pilih Presiden Baru, Yaman Rusuh
Rabu, 22 Februari 2012 – 11:05 WIB
Sejak awal, Southern Movement memang berencana memboikot referendum. Mereka berdalih, referendum yang disponspori Amerika Serikat (AS) tersebut tak menampung aspirasi seluruh rakyat. Terutama, aspirasi kelompok itu yang ingin merdeka dari Yaman. Bahkan, beberapa faksi Southern Movement bertekad membubarkan referendum di berbagai wilayah.
Baca Juga:
Kendati demikian, referendum berjalan cukup lancar. Saleh yang berjanji pulang ke Yaman saat referendum membatalkan niatnya. Senin malam waktu setempat (20/2), dia menyapa warga melalui pesan tertulis yang disiarkan stasiun televisi. Tokoh 69 tahun yang kini berobat di AS itu mengimbau semua rakyat terlibat dalam referendum yang akan menentukan nasib negeri tersebut.
"Saya ucapkan selamat tinggal pada kekuasaan. Saya akan berada di antara Anda sekalian sebagai warga sipil yang setia mengabdi pada negara, rakyat, dan bangsa ini," ujar Saleh yang telah memerintah di Yaman selama 33 tahun itu. Saleh berencana kembali ke Yaman setelah referendum selesai.
Kemarin, Hadi terlihat memberikan suaranya di salah satu TPS di Kota Sanaa. Sebelumnya, dia dikabarkan bakal mencoblos di TPS lain. Karena alasan keamanan, lokasi pencoblosan calon presiden Yaman itu dipindahkan ke TPS yang paling dekat dengan kediamannya.
SANAA--Rakyat Yaman akhirnya memilih presiden baru sebagai pengganti Ali Abdullah Saleh. Kemarin (21/2) jutaan warga antre memberikan suara dalam
BERITA TERKAIT
- Proyek IKN Mulai Dilirik Pemerintah dan Investor Belanda
- China Makin Ugal-ugalan di LCS, Kapal Misi Kemanusiaan Filipina Tak Diberi Ampun
- Rudal Rusia Sambar Tower Televisi di Kharkiv, Ukraina
- Dua Kelompok WNI Bentrok di Korsel, Ada Korban Tewas
- Tidak Main-Main, India Siap Buka Rahasia Industri Pertahanannya demi Bantu Indonesia
- Atase Pertahanan RI di Warsaw Menggelar Athan Cup 2024