Rode Rembug Nasional Gerakan Pro-Demokrasi

Pilihan Boleh Beda tapi Komitmen Harus Sama Membela Rakyat

Pilihan Boleh Beda tapi Komitmen Harus Sama Membela Rakyat
Suasana saat penutupan acara Rembug Nasional Gerakan Pro Demokrasi dalam rangka 30 tahun RODE Rumah Perjuangan pada hari Senin (19/11). Foto: Ist

jpnn.com, JAKARTA - Saat penutupan acara Rembug Nasional Gerakan Pro Demokrasi dalam rangka 30 tahun RODE Rumah Perjuangan pada hari Senin (19/11), Muh Yamin sebagai generasi pertama Kelompok Rode mengatakan bahwa pilihan politik pada Pileg dan Pilpres dari aktivis pro demokrasi saat ini boleh saja berbeda tapi dalam komitmen sama yaitu sama-sama menjaga demokrasi dan membela rakyat.

Menurutnya, dulu para aktivis berangkat dari rumah di gang Rode 610 Kota Yogyakarta ini melawan rezim orde baru yang otoriter dan menindas rakyat, kini setelah reformasi dan era demokrasi ini menempuh jalan hidup masing-masing. Ada yang di pemerintahan, ada pula yang di oposisi. Tetapi komunikasi dan silaturahmi harus dikuatkan kembali untuk bersama-sama dengan generasi milenial yang sekarang menjalani aktivitas kemahasiswaan menjawab permasalahan bangsa.

Muh Yamin yang kini menjadi Ketua Umum Seknas Jokowi dan Wakil Direktur Relawan TKN Jokowi - Maruf Amin menyebut adanya persoalan gerakan intoleran yang mengancam demokrasi, serta politik yang menghalalkan berbagai macam cara untuk mencapai tujuan. Di antaranya menyebar berita hoaks, fitnah dan gaduh dengan hal yang tidak substansial seperti meributkan politik sontoloyo itu merupakan kemunduran dalam kehidupan politik kita saat ini.

Suprianto selaku Panitia 30 th Rode Rembuk Nasional Gerakan Pro Demokrasi Rode mengatakan hadir dalam acara Rembug Nasional dan Peluncuran Buku 30 tahun Rode Rumah Perjuangan ratusan aktivis dari generasi 1980an sampai generasi milenial 2018 yang beraktivitas di rumah gang Rode 610 Yogyakarta. Sejumlah akademisi dan politisi yang pernah dibesarkan di Rumah Rode turut hadir antara lain Beathor Suryadi, Eko Sulistyo, Ifdal Kasim, Budiman Sudjatmiko, Masinton Pasaribu, Muradi, Hilmar Farid, Revrisond Baswir dan Indro Tjahjono.

Dalam penutupan acara yang berlangsung dari tanggal 16-19 Nopember 2018 ini, Ketua Panitia Suprianto Antok juga mengajak peserta untuk mengheningkan cipta dan mendoakan para pejuang demokrasi dan HAM yang telah wafat seperti Adnan Buyung Nasution, Mulyana Kusumah, Abdul Hakim Garuda Nusantara, Kartjono, dan Munir.

Selain itu, Amir Husin Daulay, Nuku Sulaiman, Bambang Hari, Andi Munajat, Kacik, Azwar Zulkarnaen, Ryadi Gunawan, Fauzi Rizal, Angger Jati Wijaya, Imam Yudhotomo, Mahasiswa korban peristiwa Tri Sakti dan Semanggi, Wiji Thukul beserta aktivis yang masih hilang sampai kini, serta keluarga besar Rode yang telah wafat: Imam, Yoko, Marcell, Feraz, Edi dan Cahyono.(jpnn)


Silaturahmi harus dikuatkan kembali untuk bersama dengan generasi milenial yang sekarang menjalani aktivitas kemahasiswaan menjawab permasalahan bangsa.


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News