Pilkada DKI Masih Diwarnai SARA, Sebaiknya Berguru ke Merauke

Pilkada DKI Masih Diwarnai SARA, Sebaiknya Berguru ke Merauke
Foto/ilustrasi: dokumen JPNN.Com

jpnn.com - JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Andi Syfrani menilai situasi politik di DKI Jakarta sudah sangat tidak sehat. Pasalnya, serangan-serangan yang terlihat  di dunia maya justru saling caci dan berbau suku, agama, ras dan antar-golongan (SARA).

"Mestinya dengan masyarakat yang plural serta banyak yang berpendidikan, kontestasi politik di Jakarta berlangsung secara sehat dan dewasa. Tapi ternyata tidak,” katanya, Senin (17/10).

Dia menegaskan, justru fenomena menarik terjadi di Merauke, Papua. Ada realitas politik di pilkada Merauke yang patut dicermati.

“Justru realitas politik pada (Pilkada,red) Merauke, Papua lebih menarik untuk dikaji. Cara berpolitik yang ada sangat sehat," ujarnya.

Andi bahkan menyarankan pihak-pihak yang bertarung di pilkada Jakarta belajar pada kondisi yang terjadi di Merauke. Meski jauh dari pemerintahan pusat, namun kontestasi pilkada di daerah ujung timur Indonesia itu justru sangat dewasa.

Bupati yang terpilih saat pilkada Merauke  pada 2015 lalu adalah Frederikus Gebze  yang beragama Katolik. Wakilnya adalah Sularso yang seorang muslim.

Menariknya, mereka diusung PPP, yang notabene adalah partai berasas Islam. Sementara partai pendukung lainnya adalah Gerindra.

"Di ibu kota dengan kumpulan masyarakat yang lebih plural dan berpendidikan mestinya lebih bisa hidup dengan menghargai perbedaan. Politik bukanlah alasan untuk mengingkari dan menolak pluralisme," ujar Andi.

JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Andi Syfrani menilai situasi politik di DKI Jakarta sudah sangat

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News