Pilot Indonesia di Maskapai Kroni Pemimpin Junta Militer Myanmar

Gaji Empat Kali Lipat, Sering Dicarter Para Jenderal

Pilot Indonesia di Maskapai Kroni Pemimpin Junta Militer Myanmar
Pilot Indonesia di Maskapai Kroni Pemimpin Junta Militer Myanmar

Di Air Bagan, Abubakar menerbangkan pesawat Fokker 100 dengan kapasitas seratus tempat duduk. Saat ini dia menjalankan rute internasional ke Chiang Mai, Vietnam; Bangkok, Thailand; Kuala Lumpur, Malaysia; Singapura; Siem Reap, Kamboja; dan Kunming, RRT. "Tapi, sering juga menerbangkan pesawat yang dicarter secara khusus," tambah dia.

Biasanya, jelas Abubakar, ada biro perjalanan yang memiliki banyak pelanggan dan program ke daerah tertentu yang mencarter pesawat Air Bagan. Kadang-kadang juga sejumlah jenderal mencarter pesawat untuk kepentingan tertentu. "Kalau bawa jenderal-jenderal, tentu ada protokol yang harus dipatuhi," katanya. Namun, Abubakar tidak bersedia menyebut siapa saja penumpang VVIP yang pernah dibawanya.

Mengenai standar keselamatan penerbangan, Abubakar menyatakan bahwa Air Bagan memenuhi standar Civil Aviation Authority (CAA) Inggris. Karena Air Bagan secara tidak langsung terkait dengan militer, kedisiplinan dalam perawatan pesawatnya juga sangat baik. "Jika dibandingkan dengan Indonesia, saya rasa lebih bagus di sini," ujar dia.

Meski Air Bagan sering disorot dan menjadi rasan-rasan publik Myanmar, Abubakar tidak risau. Bagi dia, selama menjalankan bisnis dengan benar dan selalu menjaga standar keselamatan penerbangan, Air Bagan akan terus hidup. Selama bekerja di Air Bagan, Abubakar juga tidak begitu mengenal sosok Tay Za, menantu pemimpin tertinggi junta militer, jenderal senior Than Shwe. "Yang saya dengar, dia tidak begitu suka disebut sebagai menantu Than Shwe," ungkapnya. (*/c11/dos)


Di Myanmar, ada satu maskapai penerbangan yang kerap menjadi rasan-rasan rakyatnya. Yakni, Air Bagan. Pemiliknya, Tay Za, merupakan menantu kesayangan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News