Pilpres 2024 Berpotensi Terjadi Polarisasi, Formasi: Satu Putaran Jadi Solusi

Pilpres 2024 Berpotensi Terjadi Polarisasi, Formasi: Satu Putaran Jadi Solusi
Koordinator Nasional (Kornas) Formasi Indonesia Moeda Syifak Muhammad Yus saat berbicara dalam diskusi bertajuk “Potensi Polarisasi Antara Kelompok Nasionalis Vs Nasionalis, Satu Putaran Jadi Solusi?" di Longue Room, Universitas Nasional (UNAS), Senin (4/12/2023). Pembicara lainnya anggota DPR RI Fraksi Golkar Bobby Adhityo Rizaldi, Direktur Eksekutif Survei and Polling Indonesia (SPIN) Igor Dirgantara, Dosen UNAS Nurtsatyo serta Nudzran Yusra selaku peneliti Lab Fisipol UI. Foto: Dok. Formasi

Menurut Syifak, polarisasi itu terjadi bukan hanya di DKI Jakarta, bahkan sampai ke daerah lain yang dekat Jakarta dan masih berlanjut bahkan setelah Pilgub DKI Jakarta selesai.

Hal itu menjadi catatan kelam bagi demokrasi bangsa Indonesia. Fenomena itu menunjukkan bahwa demokrasi kita masih belum sehat.

“Dalam sejarah politik Indonesia, polarisasi pernah terjadi pada tahun 1965 antara kelompok nasionalis dan nasionalis. Pada tahun tersebut, terjadi gencatan senjata antarkedua kelompok yang sama. Keduanya sama-sama mengatasnamakan nasionalisme,” urainya.

Kedua, menurut Syifak, polarisasi antara kelompok nasionalis dan nasionalis juga terjadi tahun 1998.

“Masyarakat terpecah belah akibat polarisasi itu. Bahkan telah menimbulkan korban jiwa atas polarisasi yang terjadi pada masa itu,” katanya.

Lebih lanjut, Syifak mengatakan Pilpres 2019 antara Jokowi vs Prabowo juga menjadi catatan tersendiri.

Masyarakat pendukung Prabowo dan pendukung Jokowi terbelah hingga akar rumput. Polarisasi ini terjadi lantaran hanya ada dua pasang calon yang mengikuti kontestasi Pilpres di 2014 dan 2019. Artinya, polarisasi itu mutlak terjadi.

“Pilpres 2024 yang diikuti oleh tiga pasang calon, juga berpotensi hal yang sama. Polarisasi ini bahkan diprediksi akan terjadi tidak hanya antara kelompok Islamis dengan kelompok nasionalis, bahkan juga berpotensi terjadi antara kelompok nasionalis dan kelompok nasionalis seperti yang terjadi pada tahun 1965 dan tahun 1998,” ucapnya,

Formasi Indonesia Moeda kembali menggelar diskusi bertajuk Potensi Polarisasi Antara Kelompok Nasionalis Vs Nasionalis, Satu Putaran Jadi Solusi?.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News