Please, Tak Usah Memainkan Sentimen Agama Calon Kapolri
jpnn.com, JAKARTA - Pemerhati hukum dan kebijakan Lujeng Sudarta menyatakan bahwa semestinya keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menunjuk Komjen Listyo Sigit Prabowo sebagai calon Kapolri tidak direspons dengan sentimen primordial.
Direktur Pusat Studi dan Advokasi Kebijakan (PUS@KA) itu menegaskan, semua pihak harus menghormati konstitusi.
"Jadi tidak boleh ada pihak-pihak yang memaksakan pejabat publik harus dari agama tertentu, etnis tertentu, suku tertentu. Kalau syarat primordial tersebut dipaksakan, lantas pertanyaannya, apakah menjamin kualitas kepemimpinan seseorang? Kan belum tentu," ujar Sudarta, Jumat (15/1).
Seperti diketahui, Presiden Jokowi telah mengusulkan Komjen Sigit sebagai calon tunggal Kapolri ke DPR. Jika lolos fit and proper test di DPR, Sigit akan menjadi nonmuslim kedua di pucuk pimpinan Polri.
Sudarta menambahkan, ukuran terpenting dalam menilai calon Kapolri ialah kompetensi, profesionalitas, dan integritas. Oleh karena itu, katanya, Kapolri bukanlah pejabat yang bertugas berdasar primordialisme.
“Tidak harus mencari dukungan politik atau memainkan sentimen-sentimen agama tertentu. Justru itu kekanak-kanakan," katanya.
Mengenai sosok Komjen Sigit sebagai calon Kapolri, Sudarta menganggap alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) 1991 itu merupakan figur mumpuni.
Oleh karena itu, Sudarta meminta Sigit mengabaikan pihak-pihak yang menyuarakan primordialisme di bursa calon Kapolri.
Tidak semestinya keputusan Presiden Jokowi menunjuk Komjen Listyo Sigit Prabowo sebagai calon Kapolri direspons dengan sentimen primordial.
- RDP DPR, Cik Ujang Dorong Penguatan Otda Percepatan Pembangunan Tol Sumsel-Bengkulu
- Soal Pembayaran Tunggakan Triliunan TNI AL, Menhan Singgung Kebijakan Tersentralisasi
- RDP di DPR, Ahmad Luthfi Beberkan Konsep Pembangunan Jateng 5 Tahun ke Depan
- KPK Periksa 2 Anggota DPR Terkait Dugaan Tipikor Dana CSR Bank Indonesia
- Aboe Bakar: Kepala Daerah dari PKS Harus Selaras dengan Prabowo
- Jawaban Guyon Soal Gubernur Konten, Dedi Mulyadi Singgung Soal Turunnya Belanja Iklan