Pohan: Menteri Dikurangi, Punishment Untuk PKS
Kamis, 20 Oktober 2011 – 08:54 WIB
Menurutnya, tidak ada yang tidak dapat diubah dan diperbaiki di dunia ini kecuali kitab suci. ”UUD 45 pun bisa diamandemen, apalagi kontrak koalisi. Kalau kita mengubah atau mengamandemen UUD apa UUD jadi melemah" Konstitusi menjadi lebih kuat setelah perubahan-perubahan yang dilakukan,” katanya.
Baca Juga:
Politik, menurutnya, tidak bisa hanya ditaati oleh satu pihak saja, apalagi dalam koalisi yang istilahnya ’bertepuk sebelah tangan’ namun harus ada hak dan kewajiban. ”Kami di PD ingin bersama PKS sampai 2014 atau bahkan sampai akhir hayat. Tapi itu tetap menuntut komitmen bersama, dan silakan diperbaruhi terus supaya hubungan awet,” pungkasnya.
Sedangkan pengamat politik dari Universitas Indonesia Iberamsjah mengatakan, PKS harus bisa membuktikan gertakannya untuk keluar dari kabinet jika SBY dinilainya melanggar kontrak koalisi yang ditandatangai pada 2009.
”Paling gede omong itu yah PKS. SBY sudah mengambil tindakan, tapi PKS sampai detik ini tidak berani juga merealisasikan ancamannya. Tentunya PKS berhitung lagi dengan gertakannya itu, dan SBY juga sangat sadar bahwa PKS tidak mungkin berani keluar dari koalisi. SBY tentunya berpikir PKS gak mungkin senekad itu bercerai dari koalisi karena dari hitung-hitungan logistik dan sumber dana partai bisa hilang semua kalau tidak ada lagi menterinya di kabinet,” tegasnya.
JAKARTA--Wakil Sekjen Partai Demokrat Ramadhan Pohan mengatakan berkurangnya kursi menteri PKS lantaran sikap politik politisi PKS sendiri yang tidak
BERITA TERKAIT
- 156 Calon PPK Pilkada Makassar Segera Jalani Tahapan Wawancara
- Butuh 210 PPK Untuk Pilkada Garut
- Menjawab Prabowo, Ganjar: Yang Bekerja Sama Bisa Menganggu
- Soal Jagoan PDIP di Pilkada Jateng 2024, Ganjar Berkata Begini
- Ada Partai KIM Sampaikan Keinginan Terkait Kursi Menteri, Demokrat: Wajar Saja
- Prabowo Sebut Bung Karno Bukan Milik Satu Partai, Basarah PDIP: Sudah Tepat