Polemik JIS dan Pansos Politik

Polemik JIS dan Pansos Politik
Warga memadati Jakarta International Stadium (JIS), untuk menyaksikan malam puncak HUT ke-495 Jakarta pada Sabtu (25/6). Foto: dokumen JPNN.com/Ryana Aryadita Umasugi

Upacara pembukaan dan pertandingan pembuka akan menjadi pusat perhatian karena tuan rumah bakal bermain mengawali turnamen. Partai final juga akan afdal kalau diselenggarakan di ibu kota negara, apalagi kalau tuan rumah masuk final.

Itulah sebabnya JIS diajukan sebagai venue sebagai pengganti SUGBK.

Namun, JIS dianggap tidak layak menjadi venue karena disebut tidak sesuai dengan standar FIFA.  Ketua Umum PSSI Erick Thohir menyebut fasilitas JIS tidak memenuhi syarat dari FIFA.

Menter BUMN itu beralasan jumlah pintu masuk JIS terbatas. Akses masuk ke stadion dan tempat parkirnya juga terlalu sempit dibanding kapasitas stadion yang mampu menampung 80 ribu penonton itu.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun kemudian memerintahkan para menterinya merenovasi JIS. Ada tiga menteri yang ditugaskan terlibat dalam renovasi JIS, yakni menpora, menteri BUMN, dan menteri PUPR.

Dari sini kemudian berkembang isu politik yang berkaitan dengan Pemilihan Presiden 2024. Memakai JIS sebagai venue pertandingan pembuka dan penutup Piala Dunia adalah promosi gratis bagi Anies Baswedan.

Tidak bisa dimungkiri, JIS adalah salah satu peninggalan yang dibanggakan oleh Anies Baswedan ketika menjadi gubernur DKI Jakarta.

Erick Thohir tahu persis bagaimana sepak bola menjadi sarana yang efektif untuk panjatan sosial (pansos) politik, dan ia benar-benar memanfaatkannya semaksimal mungkin.

Memakai JIS sebagai venue pertandingan pembuka dan penutup Piala Dunia adalah promosi gratis bagi Anies Baswedan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News