Polemik JIS dan Pansos Politik

Polemik JIS dan Pansos Politik
Warga memadati Jakarta International Stadium (JIS), untuk menyaksikan malam puncak HUT ke-495 Jakarta pada Sabtu (25/6). Foto: dokumen JPNN.com/Ryana Aryadita Umasugi

jpnn.com - Inilah uniknya sepak bola Indonesia. Berita mengenai prestasi tim nasional atau timnas kalah heboh oleh warta tentang kaitan sepak bola dan politik.

Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 pada Mei lalu gegara isu politik yang berhubungan dengan penolakan atas keikutsertaan Israel.

Sekarang, ketika Indonesia diberi kompensasi untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17, isu politik muncul lagi. Kali ini berkaitan dengan layak atau tidaknya Jakarta International Stadium (JIS) menjadi salah satu venue atau tempat pertandingan.

Kelihatannya para elite politik tidak pernah jera dan tidak pernah belajar dari pengalaman masa lalu. Politisasi sepak bola adalah persoalan yang sensitif.

Indonesia dihukum oleh FIFA -otoritas tertinggi sepak bola dunia- karena politisasi sepak bola. Sekarang, ketika FIFA sudah berbaik hati memberi ganti, ternyata politisasi masih terjadi lagi.

Piala Dunia U-17 bakal digelar pada 10 November sampai 2 Desember 2023. Venue yang disiapkan untuk diajukan kepada FIFA, antara lain, Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) di Jakarta, Gelora Bung Tomo di Surabaya, Stadion Manahan di Solo, Stadion Kapten I Wayan Dipta di Bali, Stadion Jakabaring di Palembang, dan JIS.

SUGBK yang seharusnya menjadi venue utama untuk pembukaan dan penutupan tidak bisa dipergunakan karena akan dipakai untuk konser Coldplay pada 15 November.

Karena GBK tidak bisa dipakai, maka tidak ada pilihan lain kecuali mengajukan JIS. Akan lucu kalau Piala Dunia tidak dibuka dan ditutup di ibu kota negara.

Memakai JIS sebagai venue pertandingan pembuka dan penutup Piala Dunia adalah promosi gratis bagi Anies Baswedan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News