Polemik Revitalisasi TIM tidak Perlu Sampai DPR Bila Komunikasi Bagus

Polemik Revitalisasi TIM tidak Perlu Sampai DPR Bila Komunikasi Bagus
Kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat. Foto: Shofi Ayudiana/Antara

Pendekatan tersebut meliputi politik, teknokratik, partisipatif, top-down, dan bottom-up. 

Fikri menjelaskan, dalam hal pendekatan politik rencana pembangunan adalah penjabaran dari janji-janji yang ditawarkan kepala daerah saat kampanye ke dalam rencana pembangunan daerah.

Perencanaan dengan pendekatan teknokratik, dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja, yang secara fungsional bertugas untuk itu.

Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan, dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan (pengampu) terhadap pembangunan.

Pelibatan mereka ialah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki. Sementara itu, pendekatan atas bawah dan bawah atas dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan.

Rencana hasil proses atas bawah dan bawah atas diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa.

"Kelima pendekatan tersebut jangan sampai dilewati, karena merunut teori kebijakan, selain technically capable, juga mesti political acceptable, dan saya kira intinya yang kedua, bagaimana secara politik diterima,” kata dia.

Oleh karena itu, dia mendorong agar komunikasi di antara eksekutif dan legislatif di Jakarta lebih ditingkatkan untuk masalah revitalisasi TIM.

Wakil Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Abdul Fikri Faqih, menilai kisruh terkait revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, semestinya tidak sampai melibatkan DPR.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News