Poligami Jangan jadi Kedok untuk Bersenang-senang
Senin, 04 Maret 2019 – 12:21 WIB

Tak selamanya berpoligami menyenangkan. Foto: PAKSI SANDANG PRABOWO/KALTIM POST
"Rasa cemburu, terabaikan, dampak jangka panjang bisa sampai ke gangguan jiwa," sebutnya. Kemudian sering kali anak terasa dampak seperti tidak efektif di sekolah. Akibat melihat orangtua bukan sosok yang baik.
"Jadi ada dampak besar yang dirasakan jika mereka tidak memahami poligami dengan baik," ucapnya. Bentuk penanganan gangguan psikis bisa dengan terapi. Apabila gangguan masih ringan, terapi bisa dengan komunikasi. Tujuan konsultasi fokus memperbaiki hubungan dan kepercayaan.
"Caranya bisa dengan konseling keluarga dan rumah tangga. Kalau gangguan sudah lebih berat butuh psikoterapi dan sebagainya," pungkasnya. (tim kp)
Sesungguhnya poligami tidak dilarang dalam aturan secara agama dan undang-undang.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Arya Saloka dan Putri Anne Diwajibkan Hadir di Sidang Perceraian
- Terungkap, Bentuk KDRT yang Dialami Paula Verhoeven
- Sebut Hubungan Arya Saloka & Putri Anne Baik, Kuasa Hukum: Tak Seperti yang Terlihat
- Hak Asuh Anak Diberikan Kepada Putri Anne, Arya Saloka Menerima?
- Konon Perceraian Memicu Fachri Albar Kembali Mengonsumsi Narkoba
- Beredar Draft Putusan Cerai Paula Verhoeven, Tim Kuasa Hukum Bilang Begini