Porang Komersial

Oleh Dahlan Iskan

 Porang Komersial
Dahlan Iskan bersama petani porang di Ponorogo. Foto: disway.id

Pupuknya kotoran hewan. Ditaruh di lubang menjelang penanaman. Setelah tumbuh, mulai diberi pupuk urea, Sp36 dan sedikit ZA. Saat tumbuh tunas baru dipupuk lagi Ponska. Beberapa kali.

Umbi porang baru bisa dipanen di tahun kedua. Agar umbinya mencapai 4 kg. Paling tidak. Atau, seperti yang saya lihat kemarin, banyak yang satu umbi beratnya 7 kg.

Pak Marni punya rumus: porangnya minimal harus 2 kg/umbi. Yang 1 kg untuk mengembalikan biaya tanah dan biaya produksi. Yang 1 kg lagi untuk laba investornya.

"Kalau per umbi bisa di atas 2 kg itu anggap saja bonus," tambahnya.

Begitu banyak bonus pak guru itu. Bisa 5 kg per umbi. "Alhamdulillahhhh," ucapnya.

Belakangan ini kian banyak petani yang ikut jejak Pak Marni. Jangan kaget. Sudah lebih 20.000 hektar tanaman porang di Kecamatan Ngrayun.

Dengan pola tanam yang baru. Bukan tanaman liar lagi.

Di Ngrayun saya juga bertemu Koko Suprapno. Orang Pacitan timur. Yang lagi belajar tanam porang.

Dulu saya yang anjur-anjurkan. Sekarang giliran saya yang harus belajar. Sukses baru datang setelah gagal 15 tahun.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News