Pos Indonesia Garap Transaksi Online yang Tidak Masuk Marketplace

Pos Indonesia Garap Transaksi Online yang Tidak Masuk Marketplace
Ilustrasi PT Pos Indonesia (Persero). Foto: Kaltim Post/JPNN

Menurut Arifin, jumlah transaksi C2C yang terjadi di dunia nyata itu lebih tinggi ketimbang transaksi daring di marketplace.

Pos Indonesia mencatat bahwa layanan pengiriman barang dari transaksi di medsos alias C2C mencapai 70 persen. Rata-rata, konsumen akan lebih memilih COD.

“Namun, COD konvensional tidak praktis,’’ ujar Arifin.

Karena itu, Pos Indonesia meluncurkan aplikasi COD yang pembayarannya cashless.

Untuk sementara, aplikasi tersebut baru hadir di Jatim. Akan tetapi, nanti aplikasi itu bisa digunakan secara nasional.

Sampai akhir semester pertama lalu, Pos Indonesia mencatatkan pertumbuhan transaksi 233 persen.

’’Dengan adanya aplikasi ini, kita harapkan ada peningkatan 300–400 persen tahun ini,” tutur Arifin.

Dia yakin target omzet Pos Indonesia tahun ini bisa tercapai. Target omzet BUMN yang identik dengan warna oranye itu berkisar Rp 800 miliar sampai 2019 berakhir.

PT Pos Indonesia Regional 7 Jawa Timur memperkenalkan cash on delivery (COD) demi menghadapi persaingan yang semakin ketat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News