Prabowo-Salim Bakal Sengit Bertarung Lawan Juara Bertahan

Prabowo-Salim Bakal Sengit Bertarung Lawan Juara Bertahan
Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto. Foto: Miftahulhayat/dok.JPNN.com

“Oleh karena itu, penerimaan (akseptabel) terhadap sosok ini cukup luas sehingga upaya menyatukan kekuatan Islam yang menjadi agenda politik dikalangan umat Islam akan menemukan momentum yang tepat dan kian nyata,” katanya.

Di sisi lain, kata Pangi, Salim Segaf Al-Jufri juga sudah berpengalaman dalam urusan pemerintahan (punya jam terbang) dengan posisi strategis sebagai menteri sosial dan duta besar. Tentu saja menjadi modal yang sangat berharga untuk menjadi wakil presiden jika nanti beliau berjodoh dipasangkan dengan sosok Prabowo Subianto.

Menurutnya, rekomendasi dari ulama yang tergabung dalam GNPF ini menjadi pertimbangan yang sangat penting bagi Prabowo, jika ingin memenangkan pilpres 2019 dengan dukungan kuat dari kalangan Islam dibandingkan dengan mengambil nama lain dari kalangan nasionalis seperti AHY. Bagaimana pun juga nama AHY masih sulit representasi (afialiasi) mengambil suara ulama.

“Representasi ulama faktor determinan menentukan yang enggak bisa dipandang remeh dalam kemenangan, di saat menguatnya sintemen popolisme Islam. Maka, Prabowo-AHY kombinasi yang kurang menjual dan kurang tepat, karena sama-sama militer, sama-sama nasionalis, ceruk segmen Prabowo-AHY juga sama irisannya. Kita bisa bayangkan dan mudah memprediksi (forecast) simulasi pertarungan peta lama misalnya Prabowo-AHY berhadapan dengan Jokowi-Mahfud MD. Sebaliknya akan keras benturan pertarungan dan sulit diprediksi apabila Prabowo-Salim Segaf head to head dengan Jokowi-Ma'ruf Amin.”

Pangi mengungkapkan Salim belakangan santer menjadi bahan pemberitaan dan perbincangan publik setelah partai Demokrat menyatakan dukungannya ke Prabowo. Hal ini setidaknya bisa dilihat dengan beberapa pertimbangan. Pertama, nama pasangan Capres-Cawapres dari kubu Prabowo harus mempertimbangkan kombinasi ideal (equilibrium) yakni Nasionalis-Religius untuk dapat menjangkau episentrum pemilih yang lebih luas.

Kedua, sentimen publik sebagai bentuk Populisme Islam harus direspons dengan mengakomodasi rekomendasi dari Ijtima’ ulama sebagai representasi dari gerakan ini, sehingga gerakan ini semakin solid dan mengarahkan dukungannya kepada kandidat yang mewakili kepentingan gerakan ini.

Ketiga, upaya yang serius dari poros Jokowi untuk merangkul kalangan Islam dengan pendekatan intensif kapada para Ulama, Santri, Cendikiawan Muslim dan Ormas Islam. Jokowi ingin mengambil posisi tidak berseberangan dengan kekuatan Islam, sehingga perlahan tapi pasti Jokowi sudah berhasil memperluas basis dukungannya yang tidak hanya dari kalangan ceruk segmentasi nasionalis.

“Jika ini tidak dibaca dengan cermat oleh kubu Prabowo maka peluang Jokowi untuk kembali memenangkan pilpres semakin terbuka lebar,” kata Pangi mengingatkan.

Menurut Pangi, representasi ulama faktor determinan menentukan yang enggak bisa dipandang remeh dalam kemenangan, di saat menguatnya sintemen popolisme Islam.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News