Presiden RI: Perselisihan Karena Kurang Komunikasi

Di bawah kepemimpinannya, Presiden Jokowi telah meningkatkan pelaksanaan hukuman mati, dengan menyetujui eksekusi mati di putaran kedua pada bulan Juli 2016.

ABC News: Phil Hemingway
"Indonesia memiliki peraturan, Indonesia memiliki hukum sendiri yang masih memperbolehkan eksekusi. Itu yang saya penuhi," katanya.
"Kami juga mendengarkan apa yang dikatakan negara-negara lain. Tapi sekali lagi, saya harus mengikuti ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia."
Eksekusi menambah ketegangan anatra Indonesia dan Australia sebelumnya, dengan masalah pencari suaka, kebijakan mengembalikan perahu pencari suaka ke Indonesia, skandal penyadapan yang dilakukan Australia di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, serta masalah ekspor hewan ternak.
Tapi, Presiden Jokowi menekankan pentingnya membangun kembali kepercayaan antara kedua negara.
Ia mengaku merasa nyaman berkomunikasi dengan Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull, sebagai tanda bahwa hubungan antara para pemimpin negara dalam keadaan baik.
"Jika ada masalah, kecil atau sedang, saya bisa langsung menelepon PM Turnbull atau PM Turnbull menelpon saya. Mengapa tidak?" katanya.
Menjelang kunjungannya ke Australia, Presiden RI Joko Widodo dalam wawancara khusus dengan ABC menjelaskan pentingnya membangun kembali kepercayaan
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Mungkinkah Paus Baru Datang dari Negara Non-Katolik?
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina