Pria Israel Minta Diizinkan Menggunakan Sperma Anaknya yang Sudah Meninggal Supaya Punya Cucu

Dia kemudian memelopori undang-undang baru untuk mengubah undang-undang IVF.
Rancangan undang-undang tersebut mendapat dukungan luar biasa saat pertama kali dibacakan di parlemen Israel dan mendapat dukungan dari politisi yang berpengaruh.
Berdasarkan proposal tersebut, pasangan atau orangtua dari tentara yang gugur akan memiliki waktu 72 jam setelah seseorang meninggal untuk mengambil spermanya.
RUU itu juga berusaha untuk mengatasi masalah lain yang mungkin terjadi, termasuk akses ke keuntungan militer.
Jika seseorang meninggal selama dinas militer dan mereka telah memiliki anak, keluarga tersebut menerima tunjangan, tetapi hak tersebut tidak diberikan kepada ibu yang mengambil sperma tentara yang gugur dan melahirkan anak mereka setelah mereka meninggal.
Ahli etika medis Gil Segal mengatakan dukungan terhadap undang-undang tersebut akan dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya Israel yang kuat, yang merayakan dan mendorong reproduksi sebagai pilar masyarakat.
"Anda harus mengerti, di Israel, ini bukan bioetika biasa, ini bioetika Barat dengan kecenderungan budaya, agama, dan sejarah yang sangat kuat," kata Dr Segal.
"Dan dalam pengertian itu, untuk satu alasan, reproduksi sangat penting dalam masyarakat kita, sejarah kita — [mengingat] Holocaust dan kebutuhan untuk eksis sebagai sebuah negara."
Setelah putra tunggalnya meninggal dalam dinas militer, pria ini berjuang untuk menggunakan sperma anaknya agar bisa punya cucu
- Uni Eropa Mendesak Israel Segera Cabut Blokade & Buka Akses Bantuan ke Gaza
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dukung Pernyataan Menlu Sugiono, Wakil Ketua MPR: ICJ Harus Hentikan Kejahatan Israel
- Irlandia Desak Israel segera Buka Blokade ke Gaza
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya