Primitif..Beli Beras bisa Seharian, Lebih Akrab dengan Dukun

Primitif..Beli Beras bisa Seharian, Lebih Akrab dengan Dukun
'Akses' jalan menuju Asemi Nunulai. Foto: Kendari Pos

Fasilitas kesehatan di wilayah itu hanya ada satu unit Puskesmas Pembantu (Pustu) di bawah naungan Puskesmas Asera. Namun, tenaga medisnya hanya datang melakukan pengobatan sebulan sekali. Masyarakat di wilayah itu lebih dominan menggunakan jasa dukun ketika ada keluhan sakit dari warga.

Bisa dibayangkan, saat hujan seperti sekarang ini, derasnya arus kali Lasolo sewaktu-waktu bisa mengancam keselamatan warga ketika hendak membelah sungai Lasolo. Bila ada warga yang sakit dan harus dibawah ke rumah sakit menjadi dilema warga Asemi Nunulai.

“Kalau ada warga yang sakit, hanya bisa mengandalkan jasa dukun kampung, karena di sini ada bangunan sarana kesehatan tetapi petugasnya tidak ada. Yang parah lagi kalau ada ibu hamil yang butuh penanganan medis. Di situ hanya pertolongan Tuhan saja,” ujar Asrin dengan mata berkaca-kaca.

Yang paling memprihatinkan lagi, kata Asrin, masyakat Asemi Nunulai berpasar ke Asera harus menghabiskan waktu seharian hanya untuk membeli kebutuhan rumah tangga. Sehingga jika hujan lebat beberapa hari dan warga kehabisan beras maka alternatifnya, masyarakat ke hutan mencari makanan hutan "Wikoro" (jenis umbi-umbian yang tumbuh di hutan) sebagai pengganti makanan.

Kades Asemi pun berharap agar akses transportasi yang menghubungkan perkampungannya segera dilakukan pembenahan, mengingat kondisi wilayahnya yang cukup terjal. "Kami sangat berharap, pemerintah kabupaten bisa memperbaiki jalan kami yang rusak dan terputus sejak tahun 1996 lalu," pintanya.

Asrin juga menambahkan jika desa yang dipimpinnya dihuni sebanyak 72 Kepala Keluarga (KK) yang didiami beberapa suku seperti Jawa, Tolaki, Bugis dan Tator dengan mata pencaharian warganya bercocok tanam, padi sawah dan ladang serta tanaman perkebunan rakyat lainnya seperti, merica, kakao, jambu mete dan sebagian masyarakatnya hidup dari hasil hutan. 

Desa Asemi Nunulai (Tambua) juga dikenal sebagai wilayah tempat pergolakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) Sulawesi Selatan-Tenggara yang dipimpin Kahar Muzakkar. Perkampungan Asemi Nunulai pada massa pemberontakan itu dikenal dengan kampung Lawali, yang merupakan lokasi yang dipercaya sebagai tempat tewasnya Kahar Muzakkar. (helmin tosuki/adk/jpnn)

JALAN tak ada, layanan kesehatan mati suri. Padahal, tempatnya, tak sampai 30 kilometer dari Wanggudu, ibu kota Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News