Produk Tembakau Alternatif Minim Risiko Dibanding Rokok

Produk Tembakau Alternatif Minim Risiko Dibanding Rokok
Perokok (Ilustrasi). Foto: Ricardo/jpnn.com

jpnn.com, JAKARTA - Ahli Toksikologi dan Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (UNAIR), Shoim Hidayat menjelaskan produk tembakau alternatif memiliki risiko yang lebih rendah ketimbang rokok.

Bahkan, berbagai kajian ilmiah telah menyebutkan bahwa produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik (vape), dan kantong nikotin, dapat membantu perokok dewasa beralih dari kebiasaannya, jika berhenti merokok total sulit untuk dilakukan.

Hal ini disebabkan produk tembakau alternatif tidak dibakar.

Sementara, pembakaran pada rokok menghasilkan asap yang mengandung berbagai senyawa berbahaya, salah satunya adalah TAR yang bersifat karsinogenik atau bisa menyebabkan kanker.

Sedangkan sejumlah produk tembakau alternatif seperti produk tembakau yang dipanaskan dan rokok elektrik (vape) menerapkan sistem pemanasan dengan suhu terkontrol, sehingga hanya menghasilkan uap atau aerosol, bukan asap seperti pada rokok.

“Berkat sistem pemanasan tersebut, produk tembakau alternatif mampu mengurangi paparan risiko hingga 90-95 persen lebih rendah daripada rokok. Jadi, kalau masih ada yang menilai produk ini sama berbahayanya dengan rokok, itu suatu kekeliruan,” jelas Shoim.

Shoim menuturkan bukti produk tembakau alternatif mampu meminimalkan profil risiko tersebut juga dilandasi oleh berbagai hasil kajian ilmiah, salah satunya kajian ilmiah yang dilakukan Public Health England, atau lembaga yang saat ini bernama UK Health Security Agency, pada 2018 yang berjudul Evidence Review of E-Cigarettes and Heated Tobacco Products 2018.

Selain itu, keberhasilan pemanfaatan produk tembakau alternatif sebagai alat bantu perokok dewasa untuk beralih dari kebiasaannya juga sudah dibuktikan di sejumlah negara maju, seperti Inggris dan Selandia Baru.

Pembakaran pada rokok menghasilkan asap yang mengandung berbagai senyawa berbahaya, salah satunya adalah TAR yang bersifat karsinogenik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News