Prof Dorodjatun: Beruntung Pangan tidak Bermasalah, Kalau jadi Soal Mati Sudah Kita
Menurut Endang, kebijakan tersebut membuktikan bahwa political will negara tidak menjadikan pertanian sebagai sektor prioritas.
"Ini menunjukkan political will terhadap pertanian tidak menjadi prioritas,” tegasnya.
Dia menegaskan bahwa pihaknya ke depan akan memperjuangkan political will yang berpihak pada sektor.
“Sebab bangsa yang kuat adalah bangsa yang berdaulat terhadap pangan. Pangan adalah soal mati hidupnya sebuah bngsa," katanya.
Sebelumnya, peneliti senior pada LPEM FEB UI Riyanto menemukan adanya kekuatan besar sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi nasional melalui berbagai industri manufaktur.
"Ini hasil temuan penelitian kami di mana setiap 1 persen pertumbuhan sektor pertanian, ada 1,36 persen industri yang tumbuh secara masif. Jadi saya kira hubungan antara pertanian dan perekonomian lebih kuat dibanding hubunganya dengan sektor industri," katanya.
Riyanto mengatakan pertanian dan agroindustri memiliki potensi besar untuk menjadi mesin penggerak dalam mendorong transformasi struktural yang selama ini belum tuntas.
Keduanya diperkirakan akan menjadi motor penggerak dalam perbaikan dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Prof Dorodjotun menegaskan kalau bicara perut, masyarakat tidak bisa makan janji, makan visi, makan misi, makan strategi dan makan yang lain-lain. Yang dimakan hanya pangan.
- Harga Pangan Hari Ini Cukup Baik, Mak-Mak Pasti Senang
- KPK Periksa Direktur PT Waruwu Yulia Lauruc Terkait Kasus Pengadaan Karet di Kementan
- Memahami Gagasan Presiden Prabowo Tentang Mengurangi Ketergantungan dengan Negara Lain
- Stok Bulog Selama 4 Bulan Capai 3,5 Juta Ton, Terbesar Sejak Indonesia Merdeka
- Wamentan Sudaryono Kunjungi Pusat Pertanian di Belanda, Ini Tujuannya
- Kementan Kukuhkan Young Ambassador Agriculture 2025 & Duta Brigade Pangan Inspiratif