Prof Provokasi

Oleh: Dahlan Iskan

Prof Provokasi
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Jawa Pos pernah diajak Prof B.J. Habibie ke seminar internasional aeronautika di Eropa: hanya satu-satunya wartawan yang sarjana nuklir. Kala itu. Namanya: Agus Mustofa. Kini jadi ulama. Penulis buku tasawuf. Juru dakwah.

Baca Juga:

''Kenapa nama Anda Eighty?'' tanya saya. Tidak ada sedikit pun tanda-tanda Indo di wajahnyi.

Eighty asli Surabaya. Lulusan SMAN 5. Ayahnyi guru SD. Belakangan sang ayah tertarik belajar bahasa Inggris.

"Ayah sangat mengidolakan angka delapan. Eight. Di bulan 8 lahirlah anak wanita, saya. Jadilah Eighty," jawabnyi.

Kalau waktu itu yang lahir laki-laki mungkin diberi nama Eightman.

Waktu pandemi lalu Eighty sudah doktor. Dia punya tugas membimbing mahasiswa-dokter untuk jadi spesialis.

Hambatan begitu besar. Mobilitas terbatas. Tugas tambahan begitu banyak. Serbatiba-tiba. Serbadarurat. Jumlah pasien melahirkan sedikit. Itu pun pakai penanganan khusus: melahirkan di saat Covid.

Tugas pembimbingan tidak bisa lancar. Eighty punya akal: bikin maneken. Untuk praktik para calon spesialis itu. Praktik bedah caesar.

LEBIH mudah mengajari ilmu kewartawanan kepada dokter daripada mengajari ilmu kedokteran kepada wartawan. Maka saya rekrut dokter-dokter muda jadi wartawan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News