Prof Zainuddin: Jangan Biarkan Penanganan Covid-19 Tak Berbasis Riset

 Prof Zainuddin: Jangan Biarkan Penanganan Covid-19 Tak Berbasis Riset
Ilustrasi. Sampel virus corona yang diperlihatkan oleh salah seorang dokter. Foto: ANTARA

jpnn.com, JAKARTA - Profesor Zainuddin Maliki meminta Kementerian Riset dan Teknologi/ Badan Riset dan Inovasi Indonesia (Kemenristek/BRIN), memperhatikan berbagai penelitian oleh Perguruan Tinggi (PT) tanah air dalam penanganan Covid-19.

Sebab, kata Anggota Komisi X DPR ini, riset dan inovasi terkait Covid-19 yang dihasilkan kampus-kampus terkemuka tanah air cukup dominan dan itu bukan karena ego keilmuan. Ada atau tidak adanya kerja sama dengan pihak lain, sudah menjadi kewajiban bagi kampus-kampus dalam mengembangkan riset.

“Jika riset berhenti maka Perguruan Tinggi kehilangan substansinya karena riset merupakan salah satu pilar Tri Dharma Perguruan Tinggi,“ kata Prof Zainuddin Maliki, Minggu (17/5).

Hal ini disampaikannya menanggapi imbauan Menteri Ristek/kepala BRIN Bambang PS Brodjonegoro saat menjadi pembicara dalam webinar yang diselenggarakan Universitas Andalas, Padang, agar Perguruan Tinggi jangan sampai terjebak dengan ego keilmuan.

Prof Zainuddin menyebutkan, ada banyak riset dan inovasi terkait Covid-19 yang dihasilkan PT dengan dana yang boleh dikatan mandiri. Misalnya di Universitas Airlangga, Hepatika/ Unram dan Universitas Gadjah Mada (UGM, bersama konsorsium riset BPPT berhasil meluncurkan rapid test kit RI-GHA19 yang bisa digunakan untuk mendeteksi virus menggunakan antibodi IgG dan IgM yang ada di dalam darah.

Tim Riset dan Inovasi Covid-19 UNAIR dan ITS juga berhasil mendesain Robot RAISA (Robotic Madical Assistance) yang bisa digunakan untuk melayani pasien mengantar obat dan lainnya tanpa harus berinteraksi dekat dengan pasien. Robot RAISA ini sekarang sudah menjadi prototype.

Sementara itu UNPAD bertindak sebagai Principle Investigator (PI) Utama dalam terapi menggunakan Pil KINA. FK-UI memiliki Mysencheme Stem Cell yakni program yang bertujuan untuk mengganti jaringan paru yang sudah rusak, yang dapat mengakibatkan pasien sulit bernafas dan meninggal.

"Saat ini rumah-rumah sakit rujukan sangat membutuhkan Ventilator untuk penanganan pasien Covid-19," sambung legislator yang juga mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya ini.

Kemenristek/BRIN diminta memperhatikan berbagai penelitian oleh Perguruan Tinggi (PT) tanah air dalam penanganan Covid-19.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News