Profesor Berhati Lembut Ini Menangis saat Cerita tentang Ibunya

Profesor Berhati Lembut Ini Menangis saat Cerita tentang Ibunya
Rektor terpilih ITS Joni Hermana bersama istri dan empat putra-putri mereka. Foto: Guslan Gumilang/Jawa Pos

Solusinya, Joni menikah ketika pulang ke Indonesia saat liburan akhir tahun. Ketika itu, Dewi sudah selesai kuliah. Rencana tersebut benar-benar terlaksana. Joni masih ingat, dia kembali ke Indonesia pada Rabu. Sesampai di Indonesia pada Kamis, dia ke penghulu untuk pembekalan akad nikah. Jumat siraman. Sabtu, 31 Desember 1989, Joni resmi menikah. Lalu, Rabu berikutnya, dia memboyong sang istri ke Belgia.

Awalnya, dia dan istri berencana menunda untuk mendapat momongan. Namun, mereka berubah pikiran saat mengetahui perempuan yang hamil dan melahirkan tidak dikenai biaya di negara itu.

Malahan, pemerintah Belgia akan memberikan tunjangan. Anak pertama Joni pun dilahirkan di Belgia. Selama di Belgia, dia menemukan salah satu idolanya, yaitu Professor Verstraete, yang menjadi pembimbingnya.

Bagi Joni, Verstraete adalah ilmuwan sejati yang mengabdikan kehidupannya secara penuh untuk penelitian serta pengembangan ilmu. Sampai saat ini, beliaulah yang menjadi idola keilmuan Joni. ’’Beliau itu helpful dan friendly. Saya pernah dibebaskan tidak ikut ujian karena menunggu istri melahirkan,’’ papar pria yang menjadi rektor menggantikan Prof Triyogi Yuwono tersebut.

Setelah S-2 selesai, Joni pulang. Dia baru melanjutkan S-3 di Newcastle University, Upon Tyne, Inggris, 1994. Masa-masa studi doktor adalah masa perjuangan yang sesungguhnya untuk Joni. Sebab, dia nekat memboyong istri dan dua anaknya hidup di sana. Padahal, insentif dari beasiswa yang didapat tidak cukup.

Konsekuensinya, dia dan sang istri bergantian bekerja. Mulai menjadi penerjemah, mengajar bahasa Indonesia, menjadi pelayan restoran dan tukang cuci piring, hingga menjadi pemetik stroberi. Sisi manisnya, Joni dan keluarga bisa traveling keliling Eropa. Berbekal mobil sewaan, Joni dan keluarga pergi ke Belanda, Luksemburg, Prancis, Swiss, Italia, Austria, dan Jerman. ’’Setidaknya pernah ke 29 negara di lima benua. Sebagian besar kelilingnya melalui beasiswa dan sponsor. Itu yang penting,’’ ungkapnya lalu tertawa.

Lulus S-3 pada 1997, Joni dan keluarga kembali ke Surabaya. Dia mulai mengajar dan tentu mengembangkan jurusan teknik lingkungan. Joni diberi kesempatan membuka S-2. Pada waktu yang sama, dia juga melirik program pengembangan S-1 teknik lingkungan. Bila lolos, S-1 Teknik Lingkungan ITS bisa mendapat dana pengembangan jurusan.

Pada waktu yang sama, ada kesempatan untuk membuka program S-1 extension. Joni mengerjakan semuanya bersamaan. ’’Ketiganya sukses dikerjakan. Secara otomatis, saya juga menjadi ketua jurusan S-2 teknik lingkungan,’’ katanya.

PROF Ir Joni Hermana MSc ES PhD tidak lama lagi akan dilantik menjadi rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Dia akan menjadi orang nomor

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News