Profesor Sulaeman: Pelabelan BPA pada Kemasan Galon Bukan Urgensi

Profesor Sulaeman: Pelabelan BPA pada Kemasan Galon Bukan Urgensi
Ki-Ka: Prof. Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, MS. dan Ir. Akhmad Zainal Abidin, M.Sc.. Foto Mesya/JPNN.com

Prof Sulaeman memaparkan Kemenkes merekomendasikan kebutuhan air dalam sehari, yaitu sekitar 8 gelas per hari.

Dalam gaya hidup masyarakat dengan mobilitas tinggi seperti saat ini, kebutuhan tersebut dipenuhi oleh air mineral kemasan, dalam hal ini kemasan galon di rumah tangga juga.

Kendati begitu, timbul kegaduhan di masyarakat melalui narasi, risiko kesehatan pada kemasan galon guna ulang bahan polikarbonat yang mengandung BPA. 

Pada kesempatan sama, Ahli Polimer dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Ir. Akhmad Zainal Abidin, M.Sc., Ph.D,  mengkritisi narasi yang dibangun tersebut. Dia menyampaikan kebijakan ini cenderung diskriminatif.

“Jadi, kalau sekarang isunya BPA berbahaya atau berisiko untuk kesehatan, jangan hanya mendengar namanya lalu percaya kalau itu berbahaya," ujar Akhmad.

Terkait bahaya, lanjutnya, harus melihat empat faktor. Jangan hanya menyebut nama zat tertentu lalu dikategorikan tidak boleh.

Itu pemikiran yang salah dan terlalu primitif. Harus disebutkan tiga faktor lainnya, yakni konsentrasi, populasi, dan lama kontak baru bisa ditetapkan sebagai tanda bahaya.

Dia menambahkan  regulator perlu mengambil keputusan berdasarkan fakta-fakta ilmiah. 

Profesor Sulaeman menegaskan elabelan BPA pada kemasan galon bukan urgensi sehingga terkesan diskriminatif 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News