Program CSA Asa di Tengah Ancaman Perubahan Iklim

Program CSA Asa di Tengah Ancaman Perubahan Iklim
Farm Field Day (FFD) CSA SIMURP Scalling Up di Desa Pasuruan, Kecamatan Pabedilan, Kabupaten Cirebon, Jabar, Selasa (8/8). Foto: Kementan

Untuk itu, dia berharap jika nanti program ini telah selesai pada Juni 2024, petani dan penyuluh bisa melanjutkan teknologi yang telah diterapkan dalam SIMURP. Bukan hanya dilanjutkan, teknologi CSA juga bisa diresonansi dan refleksikan di wilayah lain.

"Kalau kita tidak lanjutkan, nantinya program ini hanya sekadar proyek saja," katanya.

Dalam program SIMURP, teknologi yang diterapkan yakni varietas unggul, pupuk berimbang, pemanfaatan air yang efisien dan penggunaan alat mesin pertanian. Teknologi tersebut sesuai kondisi iklim yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini yakni El Nino. Apalagi BMKG telah memprediksi El Nino akan hadir pada Agustus-September dalam kondisi sedang dan moderat.

Bustanul mengungkapkan program CSA dalam proyek SIMURP ini mendapat apresiasi dari Bank Dunia.

Pasalnya, dengan beberapa kegiatan mampu meningkatkan produksi, produktivitas dan kesejahteraan petani.

Bahkan, program tersebut bisa menjadi pembelajaran bagi semua negara dalam menghadapi perubahan iklim dan efek Gas Rumah Kaca.

”Diperkirakan dari program CSA ini pengurangan efek gas rumah kaca hampir mencapai 30 persen dengan pemanfaatan teknologi intermiten irigasi yakni pengairan bersela kering-basah,” katanya.

Bupati Cirebon Imron Rosyadi menegaskan meski nanti program SIMURP telah selesai, pihaknya siap melanjutkan program-program yang ada, terutama pertanian cerdas iklim.

Menyikapi perubahan iklim diperlukan penerapan pertanian ramah lingkungan, salah satunya dengan pertanian cerdas iklim atau CSA.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News