Program Pertama, Sepuluh Siswa Pedalaman ke Ibu Kota

Program Pertama, Sepuluh Siswa Pedalaman ke Ibu Kota
SENYUM CERIA: Sepuluh pelajar SMP yang mengikuti gerakan SabangMerauke berfoto bersama sebelum kembali ke daerah masing-masing. Foto: Edward Suhadi for Jawa Pos

Ketiganya pun membikin konsep pertukaran pelajar antardaerah di seluruh Indonesia yang kemudian diberi nama program SabangMerauke. Konsep program tersebut lantas disertakan dalam kompetisi Pertamax ApaIdemu dan meraih juara dua. Gerakan SabangMerauke sendiri didirikan bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2012.

Dyah Widiastuti yang akrab disapa Wiwie menuturkan, latar belakang berdirinya gerakan tersebut sebenarnya dari pengalaman setiap pendirinya yang pernah menjadi golongan minoritas. Wiwie yang pernah menempuh studi S-2 di University College, London, merasakan bagaimana menjadi kalangan minoritas sebagai muslim di Inggris. Begitu juga Aichiro yang juga pernah bersekolah di Belgia, yang rata-rata penduduknya beragama Katolik.

Sementara Ayu Kartika Dewi merupakan salah satu pengajar muda dari program Indonesia Mengajar gagasan Anis Baswedan. Kala itu Ayu ditempatkan di Halmahera, di salah satu desa yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

Di desa tersebut para orang tua merecoki pemikiran yang salah terkait orang Kristen akibat konflik horizontal di Maluku pada 1998 antara orang Islam dan Kristen. Padahal, anak-anak tersebut sama sekali belum pernah bertemu orang Kristen. Karena itu, ketiganya sepakat mendirikan gerakan SabangMerauke agar setiap anak Indonesia mengenal baik keberagaman suku dan budaya di negaranya sendiri.

”Jadi, anak-anak Indonesia itu tidak mudah berprasangka sebelum mengenal lebih jauh anak-anak dari daerah lain,” ujar Wiwie.

Seusai kompetisi Pertamax ApaIdemu, sekitar Januari 2013 ketiganya mengajak beberapa orang sepaham untuk bergabung dengan gerakan tersebut. Akhirnya, delapan orang tim perumus berkumpul untuk mematangkan konsep gerakan SabangMerauke.

Mayoritas tim perumus merupakan alumnus pengajar muda dari program Indonesia Mengajar yang memiliki latar belakang pengalaman mengajar di daerah terpencil di Indonesia.

Dari hasil sejumlah pertemuan tim perumus, akhirnya program SabangMerauke dapat dimatangkan. Mereka memutuskan, program SabangMerauke diperuntukkan para pelajar SMP dari daerah pinggiran Nusantara.

SEPULUH pelajar SMP dari sejumlah kawasan terpencil di pulau terluar Indonesia dikirim ke ibu kota Jakarta. Mereka diajak merasakan kehidupan lain

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News