Program Pertama, Sepuluh Siswa Pedalaman ke Ibu Kota

Program Pertama, Sepuluh Siswa Pedalaman ke Ibu Kota
SENYUM CERIA: Sepuluh pelajar SMP yang mengikuti gerakan SabangMerauke berfoto bersama sebelum kembali ke daerah masing-masing. Foto: Edward Suhadi for Jawa Pos

SEPULUH pelajar SMP dari sejumlah kawasan terpencil di pulau terluar Indonesia dikirim ke ibu kota Jakarta. Mereka diajak merasakan kehidupan lain di kota besar. Inilah gerakan pertukaran pelajar antardaerah ala anak-anak muda yang mengedepankan toleransi dan keberagaman.
------------
SEKARING RATRI ADANINGGAR, Jakarta
-----------
Tidak mudah bagi Paskalina Dogopia untuk mengikuti program pertukaran pelajar antardaerah SabangMerauke di Jakarta selama dua minggu. Berasal dari Desa Wagete yang merupakan daerah pedalaman di Papua Barat, siswi SMP YPPK St Fransiskus Xaverius Wagete itu harus menempuh perjalanan panjang menuju ibu kota. Tidak sehari dua hari, tapi hampir satu minggu.

”Sebenarnya, perjalanan dari rumah menuju bandara butuh dua-tiga hari. Tapi, karena ada jalan yang longsor, dia harus berangkat beberapa hari sebelumnya. Jadi, sampai Jakarta hampir seminggu. Dan, itu perjuangan banget bagi Paskalina,” ujar Co-Founder SabangMerauke Dyah Widiastuti saat ditemui bersama tiga rekannya di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta, Kamis (12/9) malam lalu.

Meski begitu, perjalanan panjang Paskalina tidak sia-sia. Dia mendapatkan banyak pengalaman berharga selama dua minggu berada di ibu kota. Selain pengetahuan yang bertambah, dia bisa bertemu sembilan teman dari berbagai daerah dan suku di Indonesia. Selama dua minggu itu Paskalina juga bisa merasakan hidup di ibu kota dan tinggal bersama orang tua asuh yang disebut Family Sabang Merauke (FSM).

Begitu juga Ferdinand Titus. Pelajar CDC Java Etania School tersebut bahkan ’’daerah’’ asalnya tidak di Indonesia, tapi di Sabah, Malaysia. Orang tua pemuda asli Flores itu adalah TKI (tenaga kerja Indonesia) yang bekerja di negeri jiran tersebut. Bisa dibilang, Ferdinand belum pernah menginjakkan kaki di negara orang tuanya.

’’Mungkin ini kali pertama dia mengunjungi Indonesia. Karena itu, dalam program ini dia belajar banyak hal baru, belajar sejarah Indonesia,” jelas salah seorang anggota tim perumus SabangMerauke, Putri Lestari.

Program SabangMerauke merupakan program pertukaran pelajar antardaerah di Indonesia yang bertujuan membuka cakrawala anak-anak Indonesia terkait kebhinekaan dan pentingnya pendidikan bagi masa depan mereka.

Program pertukaran pelajar tersebut memang masih seumur jagung. Namun, mereka sudah meluluskan 10 pelajar SMP dari berbagai daerah di Indonesia sebagai angkatan pertama atau batch pertama, 29 Juni-14 Juli lalu.

Program inspiratif tersebut kali pertama digagas oleh tiga orang yang memiliki kepedulian tinggi terhadap pendidikan anak-anak daerah dan juga nilai kebhinekaan Indonesia. Mereka adalah Ayu Kartika Dewi, Aichiro Suryo Prabowo, dan Dyah Widiastuti.

SEPULUH pelajar SMP dari sejumlah kawasan terpencil di pulau terluar Indonesia dikirim ke ibu kota Jakarta. Mereka diajak merasakan kehidupan lain

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News