Promosi Gencar, Penjualan Batik Banten Meningkat

Promosi Gencar, Penjualan Batik Banten Meningkat
Pekerja mempertebal warna motif batik di galeri Batik Banten, Kota Serang, Selasa (1/10). Foto: Banten Raya

jpnn.com, SERANG - Penjualan Batik Banten terjadi peningkatan dalam tiga bulan terakhir. Bila sebelumnya dalam sebulan pemesanan mencapai 6.000 potong, maka dalam tiga bulan terakhir terjadi peningkatan sampai 10.000 potong per bulan.

Uke Kurniawan, pendiri Batik Banten mengatakan, kenaikan permintaan Batik Banten tidak lepas dari gencarnya promosi yang dilakukan. Hal ini juga tidak terlepas mendekatinya hari ulang tahun Provinsi Banten. Sebab pada peringatan hari ulang tahun itu biasanya para pegawai mengenakan Batik Banten.

Uke menyatakan bahwa perkembangan batik di Banten juga sangat menggembirakan. Pasalnya, pada bulan-bulan ini banyak pelatihan membatik yang digelar oleh kabupaten/ kota di Banten. Di Tangerang ada puluhan kecamatan yang menggelar pelatihan membatik yang ditujukan untuk perajin batik.

Sementara di sekolah tingkat SMA/ SMK/ Madrasah Aliyah pelatihan membatik juga gencar dilakukan sehingga batik menjadi semarak.“Ini adalah implementasi dari Pergub Nomor 15 Tahun 2014 yang saat ini sedang berjalan,” kata Uke, Selasa (1/10).

Untuk merealisasikan pergub tersebut, kata Uke, maka bantuan untuk pelatihan membatik yang merupakan muatan lokal di sekolah setingkat SMA di Banten gencar dilakukan. Juga bantuan peralatan  membatik gencar dilakukan. “Ada juga bantuan dari swasta dan BUMN yang cukup tinggi,” katanya.

Guna bisa bertahan, maka setiap tahun Batik Banten membuat motif baru. Tahun 2019 ini saja telah diciptakan 12 motif baru. Sementara jumlah desain motif seluruhnya mencapai 250. Dari jumlah itu baru 160 yang sudah didaftarkan sebagai hak kekayaan intelektual. Sementara sisanya belum didaftarkan karena filosofi motif batik tersebut belum diserahkan oleh arkeolog.

Sebab, setiap motif batik memiliki filosofinya masing-masing. Beberapa motif batik yang sudah diciptakan di antaranya adalah Kaunganten, Madhe Mundu, Pejantren, Gipangga, Pekojan, Kebalen, Karedenok, Kepandean. Balekambang, dan Tirtayasa.

Terkait impor kain atau pakaian jadi yang dikeluhkan pengusaha tekstil karena memukul industri tekstil, Uke mengatakan bahwa banyaknya produk Tiongkok ke Indonesia tidak berpengaruh pada Batik Banten. Sebab apa yang diimpor Tiongkok bukan pakaian batik.

Dalam tiga bulan terakhir penjualan Batik Banten terjadi peningkatan sampai 10.000 potong per bulan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News