PSK Tasik, Punya Langganan PNS Hingga Arsitek

PSK Tasik, Punya Langganan PNS Hingga Arsitek
PSK Tasik, Punya Langganan PNS Hingga Arsitek

Radar melakukan wawancara secara terbuka. Identitas sebagai wartawan dan asal media pun disebutan kepada narasumber malam itu. Di koridor hotel, ditemani penerangan seadanya, wawancara pun mengalir.

Malam itu, Noni mengaku berusia 34 tahun. Dia ngekos di Kota Tasik. Aslinya, Noni dari Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. Meski usianya sudah mencapai 34 tahun, Noni ternyata baru dua tahun menjadi perempuan malam.

Sebelumnya, selama satu tahun, ia habiskan sebagai pemandu karaoke. Dia menemani tamu yang senang bernyanyi. Namun saat itu, dia murni memandu lagu. Tanpa embel-embel lain.

Di tengah Kota Tasik yang lumayan sunyi, dini hari itu, Noni menghisap sebatang rokok. Dia menghembuskan asapnya ke udara. Dia tampak bebas. Rileks. Noni menerawang. Dia mengingat kisahnya sebagai PSK. Pengakuannya, awal terjun sebagai pelaku esek-esek karena himpitan ekonomi.

Awalnya, dia mengaku ragu dan takut. Namun karena kebutuhan, Noni pun mengaku butuh untuk biaya berobat ibunya yang terkena stroke. Menurutnya, biaya sang ibu sangat tinggi mencapai Rp 40.000.000. Ia pun mesti mengutang kepada rentenir karena tak mampu membiayai pengobatan ibunya sendiri, makin tak mampu membayar tentunya hutang beserta bunganya makin berlipat, jadi ia mulai memberanikan diri menjadi PSK.

"Pelanggan pertama saya bawa mobil. Awalnya canggung dan takut mau dibawa kemana. Tapi ya sudah jalani saja," ujar ibu dua anak ini.

Diakuinya menjadi PSK tidak selalu pulang mendapat penghasilan. Bahkan dia pernah dua minggu tak kunjung mendapat pelanggan. Yang ia lakukan hanya menunggu tamu. Kini setelah dua tahun, dia memiliki pelanggan dari Jakarta, Bandung, Cipatujah, Ciamis dan Banjar.

Tak sedikit pelanggannya tersebut, kata Noni, PNS, karyawan swasta bahkan arsitek.  Jika sudah merasa cocok dengan pelayannya, biasanya mereka balik lagi. Kencan berikutnya diawali janjian lewat telepon.

TASIK - Sweeping yang kerap dilaksanakan sekelompok massa ormas ternyata membuat pekerja seks komersil (PSK) di Kota Tasik was-was, takut terjaring

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News