Puji Tuhan...Ketiga Jenazah Napi Mati Tersenyum Semua

Puji Tuhan...Ketiga Jenazah Napi Mati Tersenyum Semua
Suhendro Putro menunjukkan peti yang disiapkan bagi narapidana yang akan dieksekusi mati di tempat kerjanya di kompleks Gereja Kristen Jawa (GKJ), Jalan dr Wahidin, Cilacap, Kamis (19/2). Foto: Ariski/Jawa Pos/JPNN

Peti-peti tersebut sudah siap untuk digunakan. Bahkan, sudah dihiasi dengan kain putih berenda yang menutupi seluruh permukaan peti. Juga, ada dua guling kecil di dalamnya. Guling itu dipakai untuk menyangga agar jenazah tidak miring saat diangkat. Selain itu, Suhendro menyiapkan salib bagi jenazah yang beragama Nasrani. ”Kalau lapas minta segera dikirim, ya bisa langsung dikirim,” ucapnya.

”Karir” Suhendro sebagai penyedia peti mati bagi lapas di Nusakambangan berjalan sejak 2005. Awalnya dia dikenal karena menjadi penyedia peti mati bagi 28 gereja di Cilacap. Usahanya berkembang pesat. Tidak sedikit jemaat gereja yang memesan peti mati kepada Suhendro lantaran garapannya bagus dan harganya terjangkau.

Dari situlah nama Suhendro terdengar sampai ke lapas-lapas di Nusakambangan. Maka, sejak 2005 dia mulai kebanjiran pesanan peti dari lapas. Awalnya untuk peti para napi yang meninggal saat menjalani masa tahanan di lapas. Namun, pada tahap berikutnya, dia juga mendapat order untuk menyiapkan peti bagi para terpidana mati yang diesksekusi di Nusakambangan.

Pelayanan Suhendro yang cepat dan bagus membuat pihak lapas puas. Pesanan peti terus mengalir setiap bulan. Sampai akhirnya dia ditunjuk secara resmi sebagai penyedia peti mati bagi para narapidana yang menjalani masa hukuman di pulau terpencil itu.

Setiap order, Suhendro harus memastikan peti-peti tersebut layak untuk rumah terakhir jenazah itu. Baik dari kualitas bahan yang digunakan maupun ukurannya. Guna mendapatkan barang yang bagus, dia menyempatkan seminggu sekali bolak-balik Cilacap–Jogjakarta untuk mencari peti mati. ”Selain itu, untuk stok di gereja,” tuturnya.

Dalam sebulan, pesanan yang diterima Suhendro dari tujuh lapas di Nusakambangan minimal dua peti. Peti-peti itu dipakai napi yang meninggal karena sakit. Namun, awal tahun ini order yang harus disiapkan Suhendro berlipat. Pasalnya, ada eksekusi mati untuk para terpidana narkoba. Pada gelombang pertama 18 Januari lalu, misalnya, Suhendro harus menyiapkan lima peti untuk terpidana mati narkoba yang dieksekusi di Nusakambangan.

Pada gelombang kedua, yang jadwal eksekusinya belum pasti, dia mendapat pesanan lebih dari sepuluh peti. ’’Kalau sewaktu-waktu dibutuhkan, saya sudah siap petinya,’’ ujar dia.

Suhendro lalu menceritakan pengalaman menyediakan peti mati untuk lima terpidana pada 18 Januari lalu. Koordinator Badan Kerja Sama Gereja Cilacap itu menjelaskan, tiga hari menjelang eksekusi, Polres Cilacap menghubungi dirinya. Polisi meminta dia menyediakan lima peti mati dalam waktu sehari. Sebab, besoknya peti tersebut akan diambil untuk diserahkan ke lapas. Saat itu Suhendro langsung mengiyakan permintaan tersebut. Karena stok peti tinggal tiga buah, dia langsung menghubungi perusahaan langgananya di Jogjakarta.

BANYAKNYA narapidana mati di Nusakambangan memberikan lahan bisnis bagi Suhendro Putro. Sejak sepuluh tahun lalu dia menjadi langganan pihak lembaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News