Pulau Ndana, Bagian Terluar Indonesia, Dulu Tentara Australia Sering Singgah, Kini Dijaga Marinir

Pulau Ndana, Bagian Terluar Indonesia, Dulu Tentara Australia Sering Singgah, Kini Dijaga Marinir
Pulau Ndana, pulau terluar di bagian selatan Indonesia yang kini dijaga oleh TNI. FOTO: Sekarin Ratri/JAWA POS

Para anggota TNI tersebut biasanya akan membantu para turis untuk mencari kapal motor sewaan. Tidak ada sarana transportasi alternatif lain. Kapal motor sewaan di pantai tersebut tidak banyak dan harganya cukup mahal, Rp 600 ribu-Rp 700 ribu.

Kapal yang digunakan adalah kapal pencari ikan milik para nelayan di perkampungan di Desa Oeseli. Kapal yang disewakan tersebut juga terbilang butut dan jauh dari layak. Karena kondisi laut yang kerap surut, kapal juga tidak bisa menepi persis di pinggir pantai. Sehingga, untuk menaiki kapal tersebut, kita harus naik sampan kecil lebih dahulu.

Untuk meneruskan perjalanan ke Pulau Ndana dari Ba'a, masih diperlukan waktu 1,5 jam. Kondisi ombak pun cukup tinggi, meski cukup bersahabat. Begitu tiba di Pulau Ndana, suasana sangat sepi. Namun, pemandangan pantainya sangat indah. Pasir putih membentang dari garis pantai. Debur ombak terus berderu. 

Begitu memasuki Pulau Ndana, kita disambut papan nama dari kayu bertulisan Selamat Datang di Pulau Ndana dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris. Tidak jauh dari papan nama tersebut, tampak barak TNI-AD.

Barak tersebut terdiri atas tiga bangunan utama. Di bagian belakang, terdapat lapangan yang kerap digunakan para anggota TNI untuk berolahraga. Ada pula sebuah sumur yang disesuaikan dengan warna doreng TNI.

Sebagai informasi, tanah untuk pembangunan barak TNI diberikan secara gratis oleh keluarga Mesakh yang memegang hak ulayat atas Pulau Ndana. Hal tersebut sesuai dengan surat permohonan komandan Korem 161/Wirasakti Kupang pada 3 September 2007. Mereka juga menyerahkan tanah seluas 400 meter persegi pada 2001 untuk pembangunan mercusuar.

Selain itu, hingga September 2013, pemerintah telah merampungkan pembangunan kantor Posal (Pos AL), menara, dan dua unit rumah dinas lengkap dengan alsatri serta genset. Keluarga Mesakh juga menyerahkan tanah seluas 400 meter persegi pada 2001 untuk pembangunan mercusuar.

"Dalam perjanjian antara TNI dan keluarga Mesakh, anggota TNI harus menjaga hutan agar tetap utuh dan tidak boleh menembak rusa. Di sini banyak rusa yang berkeliaran, meski hewan itu sangat jarang terlihat," kata Kusman.

Mengunjungi pulau terluar Indonesia selalu begitu mengagumkan. Bukan hanya keindahan alamnya, adat dan budaya masyarakat di pulau-pulau itu sangatlah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News