Qatar dan Perang Peradaban

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Qatar dan Perang Peradaban
Stadion Al Bayt, tempat laga pembuka Piala Dunia 2022 digelar. Foto: qatar2022

Celtic mewakili minoritas Katolik, sedangkan Rangers menjadi perpanjangan tangan kaum Protestan yang menjadi agama resmi negara.

Di Italia,  klub AC Milan menjadi contoh bagaimana Silvio Berlusconi--dibantu dengan jejaring media--mampu memanfaatkan kekuatan sepak bola untuk menaikkan elektabilitas dan menjadikannya perdana menteri melalui partai ‘’Forza Italia’’.

Awalnya Forza Italia adalah nama kumpulan suporter AC Milan, lalu berubah menjadi nama partai politik.

Anda bisa membayangkan di Indonesia Bonek ikut pemilu dengan nama ‘’Partai Bonek’’.

Gerakan separatisme untuk memisahkan diri menjadi negara merdeka tergambang dalam kompetisi sepak bola Spanyol.

Barcelona mewakili gerakan wilayah Catalunia untuk memisahkan diri menjadi negara merdeka.

Real Madrid adalah representasi pemerintah pusat yang dengan sepenuh daya ingin meredam gerakan pemisahan itu.

Konflik itu tergambar dalam setiap kali pertandingan El Clasico.

Orang boleh meragukan tesis perang peradaban Huntington. Akan tetapi, Piala Dunia kali ini menjadi bukti bahwa perang antarperadaban memang ada.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News