Rafie dan Pasangan Telantar di Batam

Rafie dan Pasangan Telantar di Batam
Rafie dan Pasangan Telantar di Batam

Halimah pun turun ke jalan. Mendekati orang-orang yang berhenti di lampu merah sembari menadahkan tangan. Dari belas kasihan orang, Halimah membawa pulang uang ke tempat tinggalnya.

Di tempat penampungan itu, ia menyerahkan uang kepada bosnya, Sahri. ”Satu hari saya ngemis itu bisa dapat Rp 100 ribu, kadang bisa lebih,” ungkapnya.

Meski sudah susah payah mengemis, Halimah diberi target ‘pendapatan’ per hari. Halimah mengatakan kalau uang setoran ke Sahri kurang dari Rp 100 ribu, maka Sahri akan marah dan menuduh Halimah atau Rafie menilep uang tersebut.

Halimah pun mulai merasa diperbudak oleh Sahri. ”Tapi mau gimana lagi, saya tetap jalanin aja Pak,” ujarnya pasrah.

Karena uang hasil mengemis Halimah diambil semuanya oleh Sahri, mereka tak bisa membeli kebutuhan hidup sehari-hari. Rafie bersama anaknya harus bekerja menjadi pemulung. ”Dengan mulung saya dapat makan sekeluarga pak,” ungkap Rafie lirih.

Menurut Halimah selain mereka, ada lagi orang yang disuruh minta-minta oleh Sahri. Saat turun ke jalan, Halimah tidak lepas dari pantauan bosnya. Biasanya Sahri melihat pengemis-pengemis asuhanya dari jauh. Saat malam, Sahri akan mengumpulkan uang hasil para pengemisnya.

”Karena tidak tahan dengan perlakuan Sahri, sudah ada yang lari. Sepengetahuan saya satu orang lari,” tuturnya.

Tetapi Halimah dan Rafie tetap bertahan karena menadapat ancaman. Dari penuturan Rafie, jika Halimah tidak menuruti perintah Sahri, ia akan diancam dengan celurit. Sehingga Halimah ketakutan.

BATAM - Bila Anda Tiba Anda Merana. Itu salah satu akronim yang disematkan pada Batam. Akronim itu nampaknya cocok untuk menggambarkan kondisi Rafie

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News