Rambo Rasa Tiongkok

Rambo Rasa Tiongkok
Dahlan Iskan. Ilustrasi: Jawa Pos

Gambaran tentang kekuatan baru Tiongkok memang tidak boleh diabaikan. Bukan hanya dari serunya novel itu. Juga sudah tergambar dari film baru yang amat laris di Tiongkok: Operation Red Sea.

Saya menontonnya minggu lalu. Di bioskop di Beijing. Khusus untuk menangkap gejala yang digambarkan novel Ghost Fleet.

Itu seperti gabungan antara film Rambo dan film kemenangan Amerika di Perang Teluk. Versi Tiongkok.

Kini Tiongkok sudah punya film macam Rambo versi mereka sendiri. Kejagoan bukan lagi seperti yang digambarkan dalam film silat Hongkong. Zaman Bruce Lee sudah kuno. Sudah ditinggalkan.

Kini penggambaran kekuatan baru Tiongkok sudah lewat Rambo gaya Tiongkok. Ditambah peralatan perang modern yang menjadi senjata pamungkas. Didukung artificial intelligence.

Gambaran kejagoan Tiongkok itu juga terlihat dari film yang lebih laris: Wolf Warrior 2. Saya juga menontonnya minggu lalu.

Di sini ke-rambo-annya lebih hebat lagi. Tak heran kalau Wolf Warrior 2 menjadi film terlaris dunia tahun 2017.

Dengan pendapatan USD 874 juta, Wolf Warrior 2 untuk sepanjang sejarah film hanya kalah dari Star Wars episode The Force Awakens (USD 936 juta). Wolf Warrior 2 jauh mengalahkan Titanic, Jurrasic World atau Avatar.

Menyaksikan Operation Red Sea dan Wolf Warrior 2, lalu mencermati novel Ghost Fleet rasanya tahun 2030 itu seperti di depan mata. Padahal dua-duanya fiksi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News