Ramdan Alami Gejala Rejeksi Akut

Dr Poerwadi: Bantu Kami dengan Doa

Ramdan Alami Gejala Rejeksi Akut
Ramdan Alami Gejala Rejeksi Akut
Selain itu, Ramdan tampak lemah sekali. Dia hanya meronta dan menangis sebentar ketika ujung jarinya ditusuk dengan alat pemeriksa gula darah. Padahal, dia terkenal sangat tahan terhadap rasa sakit. Selama berada di ICU, dia belum pernah rewel atau menangis sebagaimana umumnya balita yang sakit. Untuk memastikan apakah yang terjadi pada Ramdan adalah rejeksi (penolakan tubuh terhadap organ baru), kemarin sore dilakukan USG oleh Prof Dr dr Chunadi Ermanta SpRad serta biopsi. Dalam pemeriksaan biopsi itu, tim dokter mengambil contoh jaringan liver Ramdan dengan jarum khusus. Biopsi tersebut perlu segera dilakukan. Sebab, hasilnya akan menjadi patokan bagi terapi berikutnya.

Pemeriksaan biopsi tersebut hanya dilakukan dengan pembiusan lokal. Seharusnya, saat jarum biopsi dimasukkan ke perut, Ramdan merasa sakit. Ternyata tidak. Bocah itu hanya diam, tak bereaksi. Mengernyit atau jari-jarinya mencengkeram pun tidak. Dengan kata lain, Ramdan sama sekali tidak menunjukkan respons terhadap rasa sakit. Itu menunjukkan bahwa Ramdan dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan. Sampai tadi malam, tepatnya pukul 20.00, angka-angka laboratoris Ramdan belum menunjukkan perbaikan. Dengan kata lain, kondisi bocah tersebut masih sangat mengkhawatirkan.

Namun secara fisik, tadi malam dia lebih bergairah. Matanya mulai berbinar, meski warnanya masih kekuningan. Dia juga langsung membuka dan mengecap-ngecapkan mulut ketika melihat dr Philia Setiawan SpAn-KIC, konsultan ICU yang menanganinya, datang dengan gelas berisi susu. Meski kondisinya secara laboratoris mengkhawatirkan, Ramdan kemarin berhasil menghabiskan jatah susunya yang sebanyak 8 x 30 cc. Susu tidak diberikan melalui sonde (selang di hidung), melainkan dengan sendok ke mulutnya.

Perlu diketahui, rejeksi dan perdarahan otak yang dialami Ramdan itu adalah kondisi-kondisi yang tidak bisa diprediksi dan berada di luar jangkauan manusia. Sebab, hal tersebut bisa terjadi pada pasien-pasien transplantasi organ di pusat-pusat transplantasi yang paling maju, di negara mana pun.  Perdarahan itu terjadi karena rapuhnya pembuluh darah Ramdan, akibat terlalu lama terpapar bilirubin dalam jumlah yang sangat banyak. "Semua bergantung tubuh pasien masing-masing," kata dr Poerwadi SpB SpBA, koordinator tim liver transplant RSUD dr Soetomo. 

SURABAYA - Jika mengacu pada teori, seorang pasien transplantasi organ belum bisa dikatakan berhasil melalui masa kritisnya sebelum bisa melalui

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News