Rektor Asing Datang ke Indonesia Tahun 2020, Sebagian Mengatakan Terlalu Dini

Rektor Asing Datang ke Indonesia Tahun 2020, Sebagian Mengatakan Terlalu Dini
Rektor Asing Datang ke Indonesia Tahun 2020, Sebagian Mengatakan Terlalu Dini

Ia merujuk pada budaya birokrasi dan PNS di perguruan tinggi hingga talent para dosen yang belum memiliki orientasi riset yang kuat.

Belum lagi sistem insentif anggaran dan fasilitas yang juga masih minim.

Target rangking bertahap

Menyinggung target pemerintah Indonesia agar perguruan tinggi nasional masuk jajaran 100 dunia, Arif Satria memandang akan lebih baik jika target itu dikejar secara bertahap.

"Misalnya untuk ranking di Quacquarelli Symonds (QS) World University Rankings, mereka setiap tahun mengeluarkan ranking per bidang, termasuk pertanian dan kehutanan."

"Dalam subjek ini IPB sudah masuk rangking ke-74 dunia, artinya kita ini sudah masuk ke 100 besar dunia."

"Jadi jangan mengejar ranking secara keseluruhan, lebih baik per subjek. Misalnya UI fokus di kedokteran, PT lain di teknik, karena setiap PT pasti punya 'kekuatan' yang berbeda-beda, jadi kita bertarung sesuai dengan bidang kita."

Pendapat yang sama juga diungkapkan pemerhati pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Jimmy Philips Paat.

Menurutnya alih-alih mendatangkan rektor asing lebih baik kemeristekdikti fokus pada upaya membenahi sistem yang ada agar lebih memungkinkan terbentuk ekosistem pengajaran yang baik di perguruan tinggi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News