Remaja Kristen Australia Soal Seks: Cintai Pendosa, Benci Dosanya

Bagi Miriam, seorang mahasiswa berusia 27 tahun, membuka diri sebagai seorang Kristen sekaligus 'queer' adalah tantangan tersendiri.
Miriam dibesarkan dalam tradisi Katolik dan Protestan dan, di awal usia 20-an, menghabiskan tiga tahun di Hillsong College.
"Segala budaya berasumsi bahwa kami heteronormatif dan heteroseksual," katanya.
"Bahkan isi percakapan kami, seputar pertanyaan para gadis tentang pria yang disukai ... dan itu semua hanya asumsi."
Tekanan untuk menyesuaikan diri membuatnya sulit mempertanyakan seksualitasnya, apalagi menyuarakan perasaannya. Tapi itu bukan satu-satunya kendala.

Tumbuh sebagai seorang Kristen, Miriam berkata bahwa dunia LGBTQIA + telah ditampilkan kepadanya sebagai komunitas yang hiperseksual.
"Ini menciptakan sedikit keraguan dalam diri saya, untuk benar-benar menerima diri saya sendiri, karena ini bukan diri saya yang sebenarnya," katanya.
Seks adalah sebuah topik yang rumit untuk dibicarakan bagi Rosario, seorang perempuan Australia berumur 25 tahun
- Dunia Hari Ini: Setidaknya Delapan Orang Tewas Setelah Serangan India ke Pakistan
- Industri Alas Kaki Indonesia Punya Potensi Besar, Kenapa Rawan PHK?
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Korea Selatan dan Australia Ramaikan Semarang Night Carnival 2025