Rendah, Penerjemahan Karya Sastra

Rendah, Penerjemahan Karya Sastra
Rendah, Penerjemahan Karya Sastra
Dikatakan John, kegiatan penerjemahan di Indonesia memang boleh dikatakan terlambat dibanding negara tetangga. Tak dimungkiri, biaya yang menjadi salah satu kendalanya. Sekarang kegiatan tersebut bisa digalakkan berkat kecanggihan teknologi percetakan. Dengan sistem yang canggih, karya yang telah diterjemahkan bisa dikirimkan dengan mudah ke percetakan yang ada di penjuru Eropa hingga Amerika Serikat. "Untuk membeli, tinggal memesan secara online saja," ujar John yang belajar bahasa Indonesia 40 tahun silam.

Putu Wijaya tak menyangkal bahwa sastra Indonesia kurang dikenal di luar negeri.   "Saat saya menghadiri festival sastra Horisonte di Berlin, seorang penyair Amerika terkejut begitu tahu saya berasal dari Indonesia. Dia tak menyangka, di Indonesia ada pengarang. Setahunya Indonesia hanya ada seni pertunjukan tradisional saja," ungkap pria asal Bali tersebut.

Dewi "Dee" Lestari pun mengaku miris dengan minimnya kegiatan penerjemahan karya sastra lokal dalam bahasa Inggris. Sebagai pengarang, dia cukup merugi dengan kondisi tersebut. "Ketika menghadiri sebuah festival sastra di Australia, saya cukup malu karena tak dapat menunjukkan karya saya yang telah diterjemahkan," katanya.   

Dewi menambahkan, penerjemahan karya sastra merupakan kegiatan yang cukup penting Mengingat, sastra bukan sekadar cerita. Sastra merupakan cerminan dari bangsa dan bisa menjadi duta bangsa yang cukup penting di kancah internasional. "Sastra yang baik akan menjadi public relation yang baik pula di dunia international," imbuh mantan personel Rida Sita Dewi tersebut. (ign)

JAKARTA - Karya sastra Indonesia banyak bertebaran dengan jumlah penulis produktif yang cukup melimpah. Soal kualitas, karya sastra lokal tak kalah


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News